Judul : Semua Ikan di Langit
Penulis : Ziggy
zezsyazeoviennazabrizkie
Penyunting : Septi Ws
Penerbit : Grasindo
Cetakan pertama : 2017
Tebal : 262 halaman, baca di
SCOOP
"Saya pernah menjadi bus
dalam kota biasa. Lalu, saya terbang."
Petualangan bus dalam kota ini
berawal dengan bertemunya dia dengan seorang anak lelaki. Tentu bukan anak
lelaki biasa karena di sekitarnya ada banyak ikan julung julung yang terbang,
padahal sejatinya ikan kan membutuhkan air untuk hidup. Ikan julung julung itu
keluar masuk di sekitar rambut di kepala si anak lelaki dan juga berkerumun di
bagian kakinya yang tak menapak tanah. Anak itu melayang. Maka bersama
merekalah petualangan si bus kota yang sudah tua nan gembrot itu dimulai.
Mereka mengarungi antariksa,
jagad raya yang kadang gelap namun juga seringkali dipenuhi cahaya yang keluar
dari mulut ikan julung julung. Mereka juga terkadang turun lagi ke bumi,
menemui berbagai macam orang maupun makhluk dan berinteraksi dengan mereka.
Pertemuan pertama, atau
setidaknya itu yang pertama kali diingat oleh si bus damri, adalah ketika
mereka menemukan seekor kucing di sebuah kamar yang paling berantakan sedunia.
Kelak si bus dan si anak lelaki juga akan bertemu dengan Nad, si kecoa, yang
menemani perjalanan mereka selanjutnya. Mereka juga kelak akan bertemu dengan
kakek penjahit sepatu atau dengan kakek penjual roti, bahkan mereka juga
berjumpa dengan pohon ajaib yang luar biasa besar dan punya hobi bercerita.
Si Bus lama lama menyukai si
anak lelaki yang ia sebut dengan "Beliau", dan Beliau pun sepertinya
juga nyaman berada dalam diri bus yang menjadi kendaraannya selama beberapa
waktu. Perjalanan itu yang kelak membuat dan meneguhkan hati si Bus bahwa
Beliau benar benar bukan seorang anak biasa. Dalam perjalanan itu Si Bus
belajar memahami perasaan manusia yang selama ini tidak terlalu ia ketahui,
rasa bahagia, mencintai, menghormati, membenci serta merasakan kesedihan yang
berarti.
Novel Semua Ikan di Langit ini
merupakan satu satunya naskah yang berhasil menjadi pemenang Sayembara Novel
DKJ 2016, tentu saja sebagai pemenang pertama dan tanpa adanya pemenang kedua
ataupun ketiga. Hal ini tentu membuat kami, para pembaca, penasaran sekaligus
terheran heran, sebagaimana kuatnya kah cerita yang ditulis Ziggy ini sampai
sampai Dewan DKJ menyebut "Naskah Semua Ikan di Langit adalah serangkaian
eksperimentasi yang tetap menyesuaikan diri pada bentuk-bentuk yang sudah ada.
Ia ditulis dengan keterampilan bahasa yang berada di atas rata-rata para
peserta Sayembara kali ini." - dikutip dari Laporan Pertanggungjawaban
Dewan Juri di dkj.or.id
Awal membaca cerita ini sih saya
agak kagok karena fantasinya bukan seperti dugaan saya. Fantasinya lebih terasa
filosofis, penuh perbandingan dan pengandaian. Tapi setelah makin jauh, saya
cukup enjoy membacanya dan kepala tak lagi pusing menalarkan isi cerita.
Pokoknya baca aja, lahap aja, karena setelah halaman demi halaman, baru saya
mengerti sedikiiit tentang kisah si bus damri ini. Beberapa orang mengaitkan
novel ini dengan Little Prince, tapi saya sendiri setelah selesai membaca Semua
Ikan di Langit, mau tak mau malah teringat novel Jukstaposisi milik Calvin
Michael yang memenangkan juara ketiga sayembara DKJ tahun 2006. Meski novel
mereka jauh berbeda jalan ceritanya, tapi ada unsur ketuhanan yang terselip
dalam keduanya. Dua duanya juga merupakan novel pemenang DKJ yang sulit
dipahami maknanya tapi memang bisa terlihat keluwesan para penulis dalam
menumpuk kejadian demi kejadian yang dialami tokoh utamanya. Kadang saya jadi
berpikir apakah DKJ memang mencari novel novel dengan karakteristik ketuhanan
sekaligus novel novel “berat” untuk menjadi pemenang dalam kompetisinya?
Seperti ikan di Langit merupakan
novel fantasi Ziggy yang pertama kali saya baca dan saya memutuskan lebih
menyukai novel novel thrillernya daripada fantasi atau romancenya. Meski memang
selalu ada unsur kejutan dalam tiap karyanya.
Novel yang membuat saya penasaran karena gelar juara itu. Dan beberapa pembaca memberikan pandangan positif. Namun, saya justru ingin diberikan lebih mengenai konflik dan pembahasan yang dikandung novel ini. Sebab, sejauh ini belum ada yang mengulas konflik besarnya seperti apa. :)
BalasHapusAku baca beberapa halaman pertama novel ini di Scoop. Alamak jang bahasanya berat euy. Jadi saya putuskan untuk beli versi cetaknya aja deh ketimbang pusing kena radiasi hape plus pusing baca kata-kata berat di buku ini. Tapi, belum beli bukunya sih.
BalasHapussaya ingin mereview novel ini untuk skripsi sya dengan teori sosiologi sastra kira-kira tepat atau tidak ya mbak?? saya rasa banyak sekali bahasa yang perlu pemhaman lebih untuk dapat memahami maksud yang ingin disampaikan oleh penulis. jujur saya belum beli bukunya kira-kira cocok atau tidak ya? hhe
BalasHapuskira-kira jika novel ini saya jadikan sebagai bahan skripsi saya bagaimana ya? dengan teori sosiologi sastra apakah cocok menurut mbak? jjur saya belum beli bukunya. hhe
BalasHapus