Slide Show

Tampilkan postingan dengan label Detective. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Detective. Tampilkan semua postingan
Mei 29, 2016

The Sherlockian






Judul Buku : The Sherlockian
Penulis : Graham Moore
Penerjemah : Airin Kusumawardani
Penerbit : Bukune
Cetakan Pertama : November 2013
Tebal : 544 halaman, paperback
ISBN : 978602201199
Award : Barry Award Nominee for Best First Novel (2011)
Anthony Award Nominee for Best First Novel (2011) 
Read My Review in Steller



Tidak perlu kaca pembesar untk membaca pesan yang belum sepenuhnya kering tersebut.
“Sederhana”, bunyi pesan itu.
Pesan itu ditulis menggunakan darah.

The Sherlockian merupakan buku lama saya yang dibeli dengan impulsif lalu tertimbun di lemari bertahun tahun. Sampai awal bulan lalu saya bertekad untuk menyelesaikam buku biru nan cantik ini.

Awal mulanya berdasar fakta, bahwa setelah Arthur Conan Doyle "membunuh" Sherlock Holmes, ada jeda panjang dalam karier kepenulisannya sampai dia "menghidupkan" kembali Holmes. Bedanya, karakter Holmes semakin agresif dan makin cuek, bahkan cenderung kejam. Legenda mulai berkembang di kalangan kaum The Sherlockian, para fans berat Sherlock Holmes, yang menyebutkan kalau di masa vakum itu ada sebuah buku harian yang ditulis Arthur tetapi buku itu tidak pernah ditemukan. Tidak juga di antara arsip arsip surat maupun buku hariannya yang lain. Hanya buku itu yang raib.
Februari 12, 2014

The House of Silk



Judul Buku : The House of Silk
Penulis : Anthony Horowitz
Penerbit : Mulholland Books/ Little, Brown and Company
Cetakan Pertama : November 2011
Tebal : 296 halaman, paperback
ISBN : 978-0-316-19903-2

Holmes kembali lagi. Kasus ini dimulai dari seorang pria bernama Mr Carstairs yang memiliki galeri seni di Wimbledon. Ia pernah kehilangan karya seni dalam sebuah pengiriman ke Boston dan mencuriga bahwa karya seni - karya seni tersebut dicuri oleh komplotan yang bernama The Flat Cap Gang. Dalam suatu insiden, salah seorang pimpinan gang tersebut diketahui meninggal dan kerabatnya melarikan diri sehingga menjadi buron. Carstairs yang menganggap semua sudah berlalu, kembali dihantui peristiwa itu ketika ia melihat seorang laki-laki di luar rumahnya berdiri menggunakan flat cap, yang membuat Carstairs ketakutan jangan-jangan ia malah diburu oleh buronan itu.
September 12, 2013

Sherlock Holmes – Misteri di Wisma Wisteria





Judul Buku : Sherlock Holmes – Misteri di Wisma Wisteria
Penulis : Sir Arthur Conan Doyle
Penerjemah :  Dion Yulianto dan Dian Rachmawati
Editor : Melly Destiana
Penerbit :  Laksana (Diva Press)
Cetakan Pertama : Juli 2013

Kisah Holmes memang selalu bikin penasaran, bikin betah untuk diikuti. APalagi bagi penggemar serial detektif, Holmes adalah salah satu tokoh Fiksi yang seakan-akan nyata, sampai-sampai kita bisa menemukan sejarah dan museumnya di Inggris.

Kali ini kita diajak mengikuti 3 petualangan Holmes dan sahabatnya, Watson.

Juni 06, 2013

Seri Petualangan Sherlock Holmes; Wisteria House




Judul Buku : Seri Petualangan Sherlock Holmes; Wisteria House
Penulis : Sir Arthur Conan Doyle
Alih Bahasa : Deta Ariani S.
Penerbit : Delphi (Yogyakarta)
Tebal : 132 halaman
Cetakan ketiga : September 2006
ISBN : 979-7564-43-6


Buku ini berisikan tiga cerita pendek tentang kasus-kasus Sherlock Holmes, di cerita pertama ada ‘Hilangnya Lady Frances Arfax’, yang mengisahkan hilangnya seorang wanita berusia 40an yang gemar melakukan petualangan di seluruh dunia dari hotel satu ke hotel yang lain. Lady Frances setiap dua minggu sekali mengirimkan surat kepada pengasuhnya di Inggris, tetapi sudah lima minggu terakhir tidak ada surat yang datang darinya. Nn. Dobney, pengasuh Sang Lady, sangat khawatir akan keselamatan wanita itu, sehingga membawa kasus ini kepada Holmes dan Watson. Maka berangkatlah mereka ke Swiss untuk menyelidiki kasus ini, karena surat terakhir Lady Frances dikirimkan dari sebuah hotel di Lausanne. Kasus ini semakin menegangkan karena menurut salah satu saksi, ternyata Lady Frances pernah terlihat bersitegang dengan seorang pria berkulit hitam dan bertubuh kekar. Apakah lelaki ini yang menculik Sang Lady? Atau lebih parah lagi, apakah ia membunuhnya?


Cerita kedua berjudul ‘Tiga Orang yang bernama Garridebs’. Bercerita tentang wasiat dari seorang tua bernama Garridebs yang akan membagikan hartanya kepada 3 orang lelaki lain bernama Garridebs. Sayangnya, nama keluarga yang satu ini cukup langka, dan baru ada dua orang yang memiliki nama akhir sama. Mereka meminta bantuan kepada Holmes untuk mencari satu orang Garridebs lagi, agar mereka dapat menerima warisan yang dijanjikan. Dapatkah Holmes membantu mereka mencari satu orang lagi yang memiliki nama langka ini?

Cerita ketiga digunakan sebagai judul buku ini, ‘Wisteria House’. Seorang lelaki paruh baya dicurigai telah membunuh seorang pria muda bernama Garcia. Lelaki itu, Scott Eccles, diketahui memberikan sepucuk surat kepada Garcia, yang ditemukan di bajunya. Ternyata, Eccles bercerita bahwa semalam ia menginap di rumah Garcia setelah bertemu di sebuah acara makan malam teman mereka. Anehnya, Garcia diperkirakan meninggal pada pukul 1 malam, padahal Eccles pada jam 1 malam maish bertemu dengan Garcia di kamarnya. Lalu bagaimana kisah sebenarnya? Dapatkah Holmes membantu memecahkan kasus ini, bersama dengan kepolisian?

Sebelumnya saya ternyata sudah pernah membaca cerita tentang Holmes ini di buku yang dikeluarkan oleh penerbit berbeda. Jelas masing-masing memiliki keunggulan tersendiri, buku penerbit tersebut yang jauh lebih tebal, menceritakan tidak hanya tiga cerita dalam satu buku, tetapi ada cukup banyak cerita. Sedang buku yang diterbitkan Delphi ini menurut saya unggul dalam kisahnya yang jauh lebih sedikit. Memang kalau dilihat, semakin tebal maka akan semakin banyak kisah yang diceritakan, tapi terkadang kesederhanaan yang diambil oleh Delphi membuat pembaca nyaman dan betah menghabiskan satu buku dalam satu kali baca, tanpa perlu maraton. Buku yang tipis juga memiliki keunggulan untuk mudah dibawa ke mana-mana, tidak membutuhkan banyak tempat, dan huruf-huruf yang digunakan juga pas sesuai kebutuhan pembaca. Meski covernya terkesan muram (karena toh Inggris pada era Holmes memang ‘muram’ dan ‘kelam’), selebihnya saya suka dengan buku ini. Terjemahannya juga tidak ‘rewel’, nggak neko-neko dan lancar.

Di buku ini, banyak sisi kepribadian Holmes yang diungkap. Di awal cerita pertama, kita sudah disuguhi kecerdikan Holmes dalam mencari petunjuk meski yang jadi ‘pasien’nya adalah Watson, sahabatnya sendiri. Holmes juga menunjukkan kesabaran dan keingintahuan yang tinggi dalam setiap penyelidikannya, meski keras kepala dan kadang bisa seenaknya sendiri (seperti tiba-tiba menyuruh Watson pergi ke Swiss sendirian, bertanya hal aneh yang nggak nyambung dalam penyelidikan) tapi Holmes juga memiliki perasaan sayang yang besar. Ini muncul di cerita ketiga, ketiga terjadi suatu hal yang buruk pada Watson.

Yah, buat kalian yang suka cerita detektif, apalagi tentang Sherlock Holmes, tak ada salahnya membaca dan mengoleksi buku ini :)

Mei 22, 2012

His Last Bow


Judul Buku : His Last Bow : Salam Terakhir Sherlock Holmes
Penulis : Sir Arthur Conan Doyle
Alih Bahasa : Daisy Dianasari
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Cetakan kesembilan : November 2010
Tebal : 320 halaman
ISBN : 978-979-22-3751-1



Bagi pecinta serial Detektif, tentunya tidak akan asing dengan Sherlock Holmes. Tokoh yang dibuat Conan Doyle ini setahu saya masih memegang ketenaran pertama di jagad buku atau ceirta perdetektifan. Selain karena keeksentrikannya, Holmes terkenal karena keberhasilannya memecahkan kasus-kasus yang bisa dibilang sudah terlalu pelik dihadapi pihak berwenang saat itu.

Buku ”His Last Bow” ini terdiri dari 8 cerita pendek yang kesemuanya menceritakan misteri-misteri yang dipecahkan Holmes. Ada Petualangan di Wisteria Lodge, Misteri Kotak Kardus, Petualangan Lingkaran Merah, Kasus Pencurian Rancangan Kapal Selam Bruce-Partington, dan Misteri hilangnya Lady Frances Carfax. Dua cerita lainnya akan saya bahas di sini ya...

Cerita ketujuh adalah cerita favorit saya yang berjudul Petualangan Detektif yang Sekarat. Apa yang ada di pikiran Anda karena judul tersebut? Bila Anda mengira Sherock Holmes sedang sekarat saat mengerjakan kasus ini, ya, berarti Kesimpulan Anda benar. Tiga hari dia tak turun dari tempat tidur, bahkan juga tidak makan dan minum sampai-sampai Mrs. Hudson, Sang Pemilik Rumah yang disewa Holmes memanggil Dr. Watson untuk memeriksa kesehatan Holmes. Setahu Nyonya pemilik rumah tersebut, Holmes memang sedang menyelidiki kasus yang berkaitan dengan Demam Sumatra, atau lazimnya disebut Tapanuli Fever. Kemungkinan besar, Sherlock juga terjangkit penyakit yang sama.

Seperti yang kita tahu betapa keras kepalanya Sherlock, bahkan saat sekarat pun dia masih sibuk menyelidiki kasus. Ketika Watson hendak memeriksa Sherlock, dengan segera Sherlock menolak, dengan alasan penyakit ini amat sangat mudah menular. Yang ada malah Si Watson ini diperalat Sherlock untuk membantu Sherlock menyelidiki kasus yang ia kerjakan. Lalu dapatkah Sherlock sembuh dan menyelesaikan kasusnya? Tentu saja bagi pembaca yang teliti dan awas, pasti tahu bagaimana cara Sherlock menyelesaikan kasus ini akhirnya.

Cerita terakhir di buku ini adalah cerita yang menjadi judul utama, His Last Bow. Panah terakhir Sherlock Holmes. Diceritakan bahwa akhirnya Holmes berhenti menjadi detektif dan tinggal di pertanian kecil di South Downs, bersama tawon tawon peliharaannya. Karena sebuah kasus sangat penting, yang bahkan membuat Perdana Menteri turun tangan langsung meminta bantuan dari Holmes, maka ia terpaksa ’turun gunung’ kembali mengerjakan kasus bersama Watson, sahabatnya.

Kasus ini berhubungan dengan perang dan keselamatan Negara Inggris. Diketahui ada mata-mata dari Jerman yang diam-diam mencuri berbagai data keamanan Negara Inggris, Sherlock ditugaskan untuk menemukan siapa mata-mata tersebut dan menangkapnya. Tentu saja dengan caranya yang unik, Sherlock dan Watson bekerja sama mencari tahu siapa tersangka berbahaya tersebut. Sebuah cerita yang seru tapi ada juga bagian yang lucu. :D

Secara keseluruhan saya menyukai cerita-cerita di dalam buku ini, masing-masing cerita memiliki keistimewaan dan kemisteriusannya sendiri. Seperti biasa kesemua cerita diceritakan dari sudut pandang Dr. Watson, sahabat setia Sherlock Holmes. Nah, si Watson ini menurut saya adalah orang yang unik. Pria yang memiliki nama lengkap John H. Watson ini bertemu pertama kali dengan Sherlock Holmes ketika akan menyewa bersama sebuah flat di 221B Baker Street (dalam kisah Holmes berjudul A Study in Scarlet), keeksentrikan dan kejeniusan Holmes membuat Dr. Watson penasaran dan anehnya malah bersahabat dengan Detektif tersebut.


Dr. Watson dalam Serial BBC
Dr. Watson, seperti biasa adalah seorang yang saya yakin banyak orang lain yang mau jadi sahabatnya. Bagaimana tidak, dalam kisah-kisah di buku ini ditekankan dengan jelas bahwa Watson adalah seorang sahabat yang sabar, mungkin karena sudah berpengalaman menghadapi Holmes yang penuh misteri, makanya ketika Watson penasaran (dalam hal ini adalah tentang kasus yg ditangani Holmes), ia memilih tetap diam saja mengendapkan rasa penasarannya. Hebat ya? Dia nggak nanya yang macem macem atau sok cerewet kepada Holmes. Yang ia yakini, suatu hari nanti Holmes pasti akan menceritakan detail apa saja yang teramati Holmes tapi terlewat oleh Watson.

Watson juga selalu siap sedia ketika dimintai saran atau pendapat tentang suatu kejadian yang memerlukan pengamatan medis. Cerita yang dibawakannya (Conan Doyle menceritakan kisah Holmes dari sudut pandang Dr. Watson) pun penuh detil sehingga membuat pembaca serasa ikut menyelami kejadian tersebut bersama dia dan Holmes berbarengan.

Sherlock dalam serial BBC
Berbalikan dengan sifat Watson yang penyabar, Holmes lebih sering diidentikkan dengan sifat keras kepala, nggak sabaran, dan sarkastis. Tetapi dibalik keegoannya tersebut, sebenarnya Holmes adalah seorang yang lembut dan sayang sekali dengan orang terdekatnya, yang ditampilkan dalam beberapa bagian dalam cerita di buku ini. Keduanya memang berbeda, tetapi toh perbedaan itu malah membuat cerita Sherlock lebih hidup. Meski kadang sering monoton juga sih, pasti adaaa aja adegan di mana Si Watson ini secara tidak langsung diperalat atau di’bully’ sama Si Sherlock :p

Cover bukunya sederhana, sampai-sampai waktu menemukan buku ini saya sempat nggak yakin kalau ini buku seri Sherlock Holmes beneran. Tapi Covernya terlalu gelap dan suram, sehingga ketika pembaca membaca ceita di dalamnya, ikut-ikutan merasa suram juga. Semoga kalau diterbitkan ulang, akan muncul dengan warna yang lebih ngejreng tapi tidak terlalu ramai, karena toh Sherlock bukan pecinta keramaian. *salahfokus. Terjemahannya terkadang kurang smooth, nah, selain itu ada kata ’Tut’ yang sering muncul (ini terjemahan atau bukan ya?) yang menurut saya kurang pas sama adegan yang terjadi.

Saya memang memiliki kesukaan terhadap cerita detektif , terutama pada seri Sherlock Holmes. Sebenarnya dulu sempat membaca beberapa serinya, tetapi karena sudah lama, jadinya malah lupa. Maka event @bacaklasik dan Gramedia ini menjadi titik awal saya untuk kembali membaca dan mengoleksi semua buku-buku serial Sherlock Holmes.

Ada beberapa kutipan yang saya suka

Ternyata tetap saja ada misteri besar dalam hidup ini yang tak bisa dijelaskan nalar manusia - Hal.97
Apa yang fantastis itu kok gampang sekali menjadi mengerikan - Hal.60
Jadi, 4 bintang untuk His Last Bow. Buat Penggemar serial detektif, saya sarankan harus punya buku ini!





Maret 21, 2012

The Boy Sherlock Holmes “Eye Of The Crow”


Judul Buku : The Boy Sherlock Holmes “Eye Of The Crow”
Penulis : Shane Peacock
Penerjemah : Maria Lubis
Penerbit : Mizan Publika
Cetakan Pertama : Oktober 2011
Tebal : 368 halaman, paperback
ISBN : 978-602-8579-92-6



Anda pasti sering mendengar kisah Sherlock Holmes, tapi pernahkah Anda penasaran seperti apa kehidupan Sherlock di masa kecilnya? Jika hal itu pernah terlintas di pikiran Anda, maka buku ini berisi jawabannya.

Sherlock Holmes adalah anak kedua dari tiga bersaudara, dengan orangtua mereka bernama Wilber dan Rose Holmes. Rose sebenarnya adalah seorang Bangsawan Inggris dengan sedikit campuran Prancis, sedangkan Wilber adalah seorang lelaki genius yang sangat menyukai ilmu tentang burung. Dua sejoli ini mengalami cinta yang tidak disetujui orangtua, mereka menikah dan kabur dari masa lalu, lalu memilih sebuah flat sederhana di kawasan Southwark, selatan Sungai Thames.

Kasus Sherlock pertama ini dimulai ketika ia membaca Koran yang berisi berita tentang pembunuhan seorang wanita di sebuah gang sempit di London. Pembunuhan kali ini begitu menarik perhatian Sherlock, karena ada gagak-gagak yang seakan selalu mengikutinya. Sebenarnya polisi sudah menemukan seorang tersangka utama kasus ini, yaitu seorang remaja keturunan Arab bernama Mohammad Adalji. Pada hari ketika tersangka itu akan diadili di Gedung Pengadilan, Sherlock pergi ke sana Karena ia begitu penasaran apakah benar anak lelaki itu seorang pembunuh. Ketika Adalji diseret oleh para polisi, secara tidak sengaja, Sherlock jatuh dan ia bersitatap dengan Si tersangka tersebut.

“Bukan aku pelakunya.”, Hal. 36

Kalimat Adalji itu seakan memenuhi pikiran Sherlock dan ia terus berpikir untuk membuktikan bahwa anak Arab tersebut tidak bersalah. Kemudian ia mencoba mencari sesuatu yang barangkali dapat ditemukan di TKP pembunuhan perempuan itu. Ternyata ia menemukannya, dengan bantuan gagak, ia menemukan sebuah bola mata palsu yang terselip di antara bebatuan.

Sialnya, saat itu ada polisi bertugas mengawasi tempat itu yang memergoki Sherlock dan menjebloskannya ke penjara karena dianggap merupakan sekutu Adalji. Lalu bagaimana cara Sherlock membuktikan bahwa ia dan Adalji tidak bersalah? Ya, sejujurnya Sherlock butuh banyak keberuntungan dan kelengahan Polisi untuk bisa melarikan diri dari penjara dan mencari tahu siapa pembunuh yang sebenarnya. Secepatnya. Sebelum Adalji kehilangan nyawanya untuk suatu hal yang tidak ia lakukan!

Karakter Sherlock di masa muda ini agak berbeda dengan karakter di masa tuanya yang suka slengean, sarkatis. Tapi sudah menunjukkan rasa ingin tahu yang besar dan sangat teliti yang kadang memasukkan Sherlock ke dalam bahaya tapi juga membantunya dalam memecahkan masalah. Sikap kritis dan ingatan fotografis yang dimiliki Sherlock sejak kecil ini yang saya rasa awet bertahan sampai kisah-kisah di masa tuanya. Otaknya yang brilian seakan terus bekerja mengolah informasi-informasi yang ia dapatkan, hingga mendapat titik temu yang mencerahkan.

Suasana Inggris yang suram serta kekumuhan yang terjadi mungkin akibat dari Revolusi Industri mampu dikisahkan penulis dengan rapi dan gamblang. Cerita yang cukup menegangkan, ditambah beberapa ilustrasi kasar yang menambah keistimewaan buku ini. Ending cerita yang apik meski menyedihkan membuat saya sebagai pembaca semakin penasaran akan buku keduanya. Akankah kisah tragis di buku pertama ini mengubah kepribadian Sherlock?


Februari 29, 2012

Gajah Selalu Ingat (Elephants Can Remember)


Pencinta novel detektif pasti sudah tak asing lagi dengan Agatha Christie. Kali ini ia muncul dengan kisahnya tentang Gajah. Emm.. bukan ‘Gajah’ dalam makna sebenarnya. Tetapi yang ini diambil dari sebuah ungkapan, ‘Gajah selalu ingat’. Suatu hari, Mrs. Ariadne Oliver, Sang penulis novel detektif terkenal, menghadiri perjamuan makan siang para pengarang. Awalnya semua berjalan lancar, ia gembira dapat hadir dan berbaur bersama mereka, makanan yang disajikan juga lezat, tapi ketika ia bertemu dengan Mrs. Burton-Cox, kebahagiaan itu hilang.

Mrs. Burton-Cox datang dengan topeng ‘penggemar’ sambil memuji-muji karya Mrs. Oliver padahal ia memiliki tujuan lain. Ia bertanya apakah Mrs. Oliver tahu tentang peristiwa kematian orangtua dari salah satu anak baptis Mrs. Oliver yang bernama Celia Ravenscroft. Suami Isteri Ravenscroft ditemukan mati dengan luka tembakan di masing-masing kepala dengan pistol yang diketahui milik Sang Suami. Kasus kematian tersebut masih menjadi misteri bagi banyak orang, karena penyelidikan kepolisian tidak dapat menemukan alasan yang tepat mengapa mereka bunuh diri, atau jika itu dilakukan orang lain mengapa tidak ditemukan jejak petunjuk yang mengarah ke sana.

Mengapa Mrs. Burton-Cox ini tertarik pada kasus Ravenscroft? Ternyata anak lelakinya, Desmond, berencana akan menikah dengan Celia. Seperti Ibu-ibu lainnya yang khawatir tentang anak kesayangannya, Mrs. Burton-Cox was-was apakah kematian itu karena masalah psikologis yang mungkin bisa diturunkan ke Celia?

Nah, Mrs. Oliver yang awalnya tidak mau ikut campur membahas masalah tersebut, diam-diam penasaran juga apalagi karena Lady Ravenscroft adalah sahabatnya sejak kecil. Maka ia menghubungi Mr. Hercule Poirot, Sang Detektif yang sudah sering membahas kasus bersamanya, untuk membantu memecahkan misteri ini.

 

Informasi demi informasi dicari dari banyak orang yang sekiranya dekat dengan keluarga Ravenscroft, terutama dari para ‘Gajah’, yaitu orang-orang yang memiliki ingatan kuat tentang keluarga tersebut. Baik Celia ataupun Desmond ternyata juga berminat menemukan titik penyelesaian akan kasus ini, karena Celia sangat mencintai orang tuanya dan Desmond juga sangat mencintai Celia.

Setelah dihimpun, diteliti dan dipilah-pilah menjadi alur yang dapat diterima dan menunjukkan titik terang, ternyata kasus ini memang bukan bunuh diri biasa! Tapi akankah Oliver dan Poirot sanggup memberitahu kejadian yang sebenarnya terhadap Celia ataupun Desmond?

Sebab mungkin biarlah masa lalu tetap menjadi masa lalu, yang harus kita pikirkan adalah sekarang dan masa depan, sebab itu yang akan kita jalani, kan?


Awalnya saya berharap menemukan kasus yang menantang untuk dipecahkan, terutama karena Agatha Christie terkenal akan cerita-cerita detektifnya yang bahkan sudah sering difilmkan. Tapi sayangnya untuk kasus ini saya tidak dapat menemukan adegan seru atau mendebarkan, semuanya terkesan datar. Apalagi alurnya yang cukup lambat membuat saya agak males membacanya. Yang asyik adalah, detail-detail yang dimunculkan Agatha sebagai kunci cerita ini cukup banyak meski berulang-ulang muncul. Ini membuat saya sebagai pembaca mampu menebak bagaimana akhir cerita, jadi saya seperti ikut merangkai puing-puing yang ditemukan Poirot dan Oliver. Sebab biasanya di cerita detektif, pembaca sering disodori ending cerita yang’tiba-tiba’.

Cover buku yang menarik serta synopsis di belakang buku adalah penarik minat saya membaca buku ini. Terjemahan yang cukup lancar meski terkesan berat dan masih ada beberapa istilah atau ungkapan yang masih dibiarkan seperti aslinya membuat saya cukup nyaman menikmatinya.

Novel Elephants Can Remember ini pertama kali diterbitkan pada tahun 1972 di Inggris, mendapatkan kritik yang cukup keras karena berdasarkan The Cambridge Guide to Women's Writing in English , Agatha Christie dianggap kehilangan ‘sentuhannya’ yang biasa hadir. Robert Barnard, seorang penulis dan kritikus novel criminal juga menganggap karya Agatha yang satu ini terlalu berbelit dalam percakapannya.

Bagi saya, membaca karya salah satu penulis terkenal sepanjang masa ini tetap merupakan suatu kesenangan tersendiri. Buku ini menyadarkan saya, bahwa seorang penulis yang sukses pun tetap pernah merasakan jatuh dalam karyanya.

3 bintang untuk Gajah. :)










Judul Buku : Gajah Selalu Ingat (Elephants Can Remember)
Penulis : Agatha Christie
Alih Bahasa : Julanda Tantani
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Cetakan Ketujuh : November 2007
ISBN : 979-22-2870-5

Agustus 26, 2011

Arsene Lupin



Penulis : Edgar Jepson dan Maurice LeBlanc
Penerbit : Bukune
Tebal : 306 halaman, paperback
Cetakan Pertama : Juli 2011
Desainer Sampul : Gita Mariana
ISBN : 602-220-006-7
ISBN-13 : 978-602-220-006-2
Monsieur Gournay-Martin adalah orang kaya yang terkenal di lingkungan kebangsawanan Perancis. Putrinya, Mademoiselle Germaine akan menikah dengan Duke Charmerace, Bangsawan muda yang kaya raya, eksentrik dan suka petualangan. Setelah sempat dikabarkan hilang dalam perjalanannya ke Kutub Selatan, Duke Charmerace kembali setelah perjalanannya selama 7 tahun. Pernikahan ini akan diselenggarakan secara besar-besaran, Sonia Kritchnoff, pelayan Mademoiselle Germaine bertugas menuliskan undangan yang bertumpuk-tumpuk banyaknya untuk para Tamu yang akan datang ke pesta pernikahan Majikannya. Germaine adalah seorang wanita manja yang tidak menarik, berbeda dengan Sonia, seorang wanita dengan kulit bersih dan terang dan dengan kesabaran luar biasa dalam melayani majikannya yang angkuh dan ketus ketika berbicara.
3 Tahun lalu, Arsene Lupin, seorang pencuri terkenal yang diburu oleh polisi Perancis telah mencuri Lukisan-lukisan berharga, hiasan dinding, lemari dan jam dinding milik Monsieur Gournay-Martin. Kali ini Sang Pencuri itu kembali lagi dengan mengirim surat yang memberitahukan bahwa Lupin akan mencuri harta berharga milik Gournay-Martin yang berada di Rumah Monsieur di Paris besok pagi. Kehebohan terjadi, Gournay-Martin yang trauma akan pencurian 3 tahun lalu kelabakan dan bergegas untuk pergi ke Rumahnya di Paris tersebut, apalagi di antara koleksinya juga terdapat Mahkota Princesse de Lamballe yang sangat berharga.
Tetapi keberuntungan tak berada di pihaknya. Mobilnya hilang, yang tersisa hanya sebuah mobil bertenaga 100 kuda yang kecil. Maka Duke Charmerace diperintahkan oleh Monsieur Gournay-Martin untuk berangkat ke Paris duluan mengendarai mobil itu. Setelah sampai Paris, Duke harus segera mencari Monsieur Guerchard, Detektif yang menjadi musuh bebuyutan Lupin dari dulu. Sementara Monsieur Gournay-Martin, Germaine dan Sonia akan berangkat naik kereta belakangan.
Sesampainya di Paris, Duke Charmerace segera mencari Monsieur Guerchard. Kejutan telah menanti mereka di kediaman Monsieur Gournay-Martin di Paris. Pencurian Lupin masih berlanjut, bahkan kehadirannya menjadi Misteri. Seorang di antara orang kepercayaan Monsieur Gournay-Martin adalah mata-mata Lupin, tapi benarkah begitu? Atau jangan-jangan Lupin sendiri lah yang menyamar menjadi salah satu dari mereka? Berhasilkah Guerchard kelak menangkat Sang Pencuri ulung itu ?
Sebuah novel misteri yang sayang untuk dilewatkan :)
Alur cerita yang cepat membuat saya betah membaca buku ini berlama-lama. Apalagi rasa penasaran yang ditimbulkan kalau sedang membaca novel detektif seperti ini. Akankah berhasil dicuri ? Siapa pencurinya ? Seperti apa Lupin sebenarnya ? Pertanyaan-pertanyaan itu terus menggentayangi saya waktu membaca buku ini. Sayangnya typo di buku ini masih bertebaran dan cukup mengganggu, juga adanya ketidakkonsistenan penulisan judul bab di Daftar isi dengan Judul di halaman sebenarnya. Buku ini terdiri dari 23 bab, tak lupa ada kisah romance yang mewarnai serunya perburuan Sang Lupin. Dan covernya, saya jatuh cinta terhadap covernya yang sederhana namun terkesan misterius ini.
Sekilas tentang Arsene Lupin
Maurice LeBlanc

Maurice Leblanc (1864-1941) adalah pencipta tokoh Arsene Lupin. Seorang pencuri yang mencuri dari orang-orang kaya dan terkadang dikembalikan ke rakyat miskin. Ada 20 seri Kisah Lupin yang Leblanc tulis. Lupin pertama kali muncul di majalah Je Sais Tout, No. 6 tertanggal 15 Juli 1905. Awalnya ia disebut Arsene Lopin, tetapi seorang politisi lokal memprotes kesamaan nama tersebut, hingga akhirnya Tokoh Lopin itu diganti menjadi Lupin.

Di Negara Perancis, Lupin adalah seorang pencuri yang terkenal sepanjang masa, menyaingi kehebatan Sherlock Holmes di Negara Inggris yang keduanya saling berkebalikan. Holmes yang seorang detektif dengan Lupin yang seorang pencuri. Leblanc mengenalkan Holmes kepad aLupin pada cerita berjudul Sherlock Holmes arrives too late yang diterbitkan di Je Sais Tout No. 17, 15 June 1906. Setelah mendapatkan persetujuan Conan Doyle, namanya diubah menjadi "Herlock Sholmes" ketika cerita Lupin mulai dibukukan. Keduanya juga pernah dipertemukan di game buatan studio Frogwares, di mana pada kisah itu Lupin berniat mencuri harta karun Inggris yang berharga.

Di serial Detective Conan, Nama Lupin juga pernah muncul di dalam serial yang berjudul Lupin the 3rd Vs Detective Conan pada Maret 2009 silam. Lupin III disini dikisahkan merupakan cucu dari Arsene Lupin, ia seorang pemuda campuran Jepang-Perancis. Tokoh Lupin III ini sudah muncul sejak lama, tokoh ini diciptakan oleh Monkey Punch di Weekly Manga Action pada Agustus 1967. Meski menurut saya pribadi, penampilan Kaito Kid lebih mirip Arsene Lupin daripada kemiripan Lupin III dengan kakeknya -__-“
Arsene Lupin juga sudah difilmkan lebih dari 20 judul, diantaranya diproduksi di Amerika Serikat, Inggris, Jepang, Meksiko dan Perancis. Fil Lupin yang baru-baru ini dikeluarkan adalah pada tahun 2004 dengan dibintangi Romain Duris dan pada 2011 oleh Jepang dengan diperankan oleh Koichi Yamadera.
Arsene Lupin, Film Tahun 2004

Salam,

Salam,