Judul buku : The Lost Whale
Penulis : Hannah Gold
Ilustrator : Levi Pinfold
Tebal : 321 halaman
Penerbit : Harper Collins
Children's Books
That sometimes real life doesn't go the way you want it to. But that doesn't mean you just give up. It means you do what you can to fight even harder.
The Lost Whale bercerita tentang Rio yang harus tinggal dengan neneknya di tepi pantai California sementara ibunya dalam pengobatan di rumah sakit. Rio tidak terlalu mengenal Fran -neneknya- dan California punya cuaca yang jauh berbeda dari kehidupan normalnya di London. Ia berharap ibunya segera sehat kembali sehingga bisa menjemputnya pulang.
Satu-satunya hal yang ia suka dari tempat barunya adalah pantainya, ia terpesona dengan laut sampai suatu hari ia bertemu dengan Marina, anak perempuan sebaya Rio. Marina mengenalkan Rio dengan kehidupan laut dan ayahnya yang seorang nakhoda kapal. Bersama Marina, Rio mulai akrab dengan laut dan grey whale yang sering muncul dari kejauhan karena sedang musim migrasi. Selama tinggal jauh dengan ibunya, Rio akhirnya punya waktu untuk dirinya dan perlahan menyembuhkan hatinya sendiri.
Mengingat buku ini kayaknya ditujukan buat anak-anak dan preteens, saya seneng juga sih karena si ibu diceritakan sakit psikologis bukan sakit fisik. Seneng dalam artian bahwa pada sasaran pembaca umur segini udah diperkenalkan bahwa normal saja bila seseorang sakit bukan fisiknya tapi tetap butuh perawatan yang intensif. Juga untuk tidak menormalisasikan anak yang mengurus orang tua pada usia amat muda saat mereka seharusnya masih harus senang-senang dengan kegiatannya. Menyibukkan diri dengan ini itu tanpa harus mengkhawatirkan kondisi orang tuanya.
Sebagai orang tua, ini jadi pengingat saya juga bahwa ada kewajiban saya dalam hal mengurus diri dengan baik agar anak-anak mendapatkan hak mereka sepenuhnya. Juga menjadi pengingat saya bahwa jika memang kewalahan dengan apa apa yang ada dalam pikiran, ada baiknya mencari bantuan termasuk pengobatan jika diperlukan. Bisa jadi kita memaksakan diri untuk merasa baik baik saja namun orang terdekat kita yang merasakan sakitnya.
Sebagai manusia, salah satu spesies yang eksis di muka bumi, buku ini memberikan banyak sekali fakta betapa alam amatlah ajaib jika kita amati proses yang terjadi di dalamnya. Juga betapa kita spesies yang kerdil ini berperan penting akan terancam punahnya spesies spesies lain di muka bumi terutama di dalam laut. Teknologi yang kita banggakan, limbah yang kita hasilkan semuanya berperan penting dalam keselarasan kehidupan alam. Sehingga ketika satu saja berlebihan atau tidak diurus dengan baik, alhasil akan menciptakan efek domino bagi kehidupan lainnya.
Karakter Rio sebagai tokoh utama dalam cerita ini terlihat berekembang. Dari yang awalnya menutup diri, setelah bertemu Marina mulailah Rio menjadi terbuka. Ia yang tadinya merasa khawatir akan ibunya akhirnya mampu melepaskan tanggung jawab yang tidak seharusnya ia tanggung tersebut dan merasakan hidup seperti layaknya anak sebayanya. Demikian halnya dengan hubungannya dengan Fran, yang meski ia rasa turut bertanggung jawab atas apa yang terjadi dengan ibunya, saya senang ketika akhirnya ia bisa menerima Fran sebagai neneknya.
Sebuah cerita yang sebenernya sederhana, nggak muluk-muluk banget malah kadang terasa banyak nonfiksinya karena fakta fakta tentang paus. Tapi sederhananya tetap membuat kita sebagai pembaca banyak memikirkan hal-hal sederhana di sekitar kita. Baik antara kita dan keluarga terdekat kita ataupun kita dengan alam raya.
Be First to Post Comment !
Posting Komentar