Judul buku : Perkumpulan Anak Luar Nikah
Penulis : Grace Tioso
Penerbit : Noura Books
Tebal : 369 halaman
Tahun terbit : Juni 2023
ISBN13: 9786232423985
Emang gue milih lahir jadi China? Kalau aja bisa gue Tipp-Ex itu tulisan anak luar nikah! Bangsat!!
Martha Goenawan ngga akan menyangka kalau postingan di blognya bertahun tahun lalu menjadi bumerang bagi kehidupan bahagianya saat ini. Postingan itu berisi pengakuan bahwa ia memalsukan akta lahirnya saat proses pengurusan beasiswa ke Singapura saat ia masih remaja. Di Singapura hal tersebut adalah kejahatan yang cukup besar sehingga Martha terpaksa diseret ke meja hijau.
Dunia yang ia bangun langsung runtuh berkeping-keping. Suaminya terancam gagal mendapatkan promosi pekerjaannya, dua anaknya terancam hidup tanpa kasih sayang ibunya yang mungkin akan dipenjara. Di antara kekacauan hidup Martha, kita diajak menelusuri apa yang terjadi pada masa lalu sampai Martha memalsukan dokumen penting tersebut. Selain itu, kita juga diajak melihat Martha yang begitu mencintai Indonesia meski negaranya itu tak balik memberikan cinta yang sama besarnya.
Novel ini meski berupa fiksi rasanya seperti nyata karena ia mengambil latar sejarah yang amat vital bagi para keturunan Tionghoa di Indonesia. Mungkin karena saya juga masih memiliki darah yang sama sama Cina Kalimantan, begitu orang-orang biasa menyebut, jadi saya merasa membaca kehidupan seseorang yang dekat. Dari buku ini saya baru tahu ada banyak orang-orang Indonesia keturunan Tionghoa yang pada masa tahun 50-an menjadi stateless. Dianggap bukan warga negara Indonesia meski mereka lahir dan tinggal di negeri ini, melainkan Warga negara asing meski mereka juga belum pernah ke luar negeri.
Karena ketidakmampuan negara mengurus rakyatnya ini, banyak warga yang terpaksa harus mengurus SBKRI (Surat Bukti Kewarganegaraan Republik Indonesia) agar diakui sebagai WNI. Jangankan tokoh Budi, bapaknya Martha dalam cerita ini. Susi Susanti saja yang sudah menyumbangkan medali Olimpiade masih kesulitan mengurus SBKRI. Terhitung dari tahun 1988 ibunya mulai mengurus, tahun 1996 baru jadi. Birokrasi memang gila-gilaan kalau disuruh ngurus administrasi warga keturunan pada saat itu. Papa saya sendiri juga mengalaminya, meski ia memiliki KTP tetapi kalau lagi ngurus segala bentuk administrasi pasti dimintain duit. Dikira semua keturunan Tiongkok kaya kaya kalik ya.
Makanya saya paham kalau ada orang yang sudah merasakan enaknya negara orang, dihormati dan dihargai di sana lalu ngga mau pulang ke Indonesia. Sama seperti salah satu tokoh di dalam novel ini. Tapi saya amat salut sama mereka yang ngga dapat apa apa dari negaranya tapi masih mencintai negara ini sepenuh hati. Seperti Martha yang mengajarkan bahwa
it's not a sin to be born as a Chinese-Indonesian
Be First to Post Comment !
Posting Komentar