Judul buku : Ghost Season
Penulis : Fatin Abbas
Narator : Bahni Turpin dan Dion Graham
9 jam 34 menit
Penerbit : OrangeSky Audio
Tahun terbit : Januari 2023
Novel ini mengambil latar berupa kota kecil bernama Sarayya yang terletak di perbatasan Sudan Utara dan Sudan Selatan. Kedua daerah ini merupakan ladang ranjau bagi banyak pihak akibat peperangan yang tak berkesudahan. Sebelum lebih lanjut, saya akan memperkenalkan lima orang tokoh utama cerita ini terlebih dulu.
Bertempat di kantor NGO (Non Governmental Organization) ada Alex, William, Dena, Mustafa dan Layla yang tinggal Bersama. Alex adalah seorang pria Amerika yang ditempatkan di daerah tersebut untuk membuat peta wilayah terbaru. William seorang Nilotic (Mereka yang berasal dari Sudan Selatan, Mesir, Ethiopia, Uganda, Kenya dan beberapa wilayah lainnya) bertugas menjadi penerjemah dan asisten Alex. Dena, seorang wanita blasteran Afrika-Amerika yang merekam film tentang kehidupan sehari-hari di sana. Lalu ada Mustafa, remaja 12 tahun yang bekerja sebagai tukang bersih-bersih dan pesuruh. Terakhir ada Layla, seorang nomadic yang bertugas untuk memasak di kantor tersebut.
Suatu hari beberapa lelaki bergotongan membawa karung berisi mayat ke kantor tersebut. Mereka telah lapor pada polisi tetapi mereka bingung mau diapakan mayat itu kemudian. Sebagai inisiatif, William menganjurkan agar mayat itu segera dikebumikan meski William sebenarnya khawatir apakah mayat dalam kondisi hangus terbakar itu adalah orang yang ia kenal. Permasalahan muncul lagi karena ternyata untuk memakamkan seseorang di sana harus merunut ke status orang tersebut, apakah ia nomadic atau bukan. Nah dari awal banget ini sebenernya pembaca udah dikasih pemanasan deh ya kalau konflik yang terjadi di daerah itu tuh sebenernya udah mengakar dari dulu.
Seiring cerita berjalan, kita disuguhi masalah-masalah lain yang ada di sana sebagai perpanjangan efek dari perang yang ngga kelar-kelar. Mulai dari kemiskinan, susahnya bersekolah dan mencari pekerjaan, juga kesulitan untuk membeli kebutuhan dasar meskipun ada uang. Ngga ada yang diuntungkan dari perang, tapi perang juga jadi ladang emas bagi orang-orang yang pintar mengambil kesempatan mencari uang di dalamnya. Apalagi Sudan memiliki ladang minyak bumi yang menggiurkan.
Selain bercerita tentang sisi ekonomi, diceritakan juga perihal sosial budaya yang melekat pada masyarakat di sana. Dena contohnya, digambarkan sebagai wanita yang berpenampilan tomboy sehingga orang-orang menganggapnya aneh. Ia juga sering berkeliaran sendirian saat mengambil adegan untuk filmnya tanpa ditemani seseorang lelaki yang mana adalah hal tabu jika seorang wanita pergi keluar rumah sendiri tanpa lelaki yang menemani. Ini mungkin karena mayoritas penduduk di Saraaya dalam hal ini adalah muslim.
Tentu saja ada unsur cinta cintaan yang disisipkan di dalam cerita ini. Berhubung background ceritanya juga udah lautan konflik, nah perkara cinta ini juga ternyata berkonflik lagi. Udahlah seakan baca buku ini tuh, konflik ngga ada habis habisnya. Alurnya cukup lambat tapi ngga bikin keburu bosen juga karena selalu ada hal baru yang membuat pembaca bertanya-tanya akan dibawa ke mana penyelesaian semua konflik ini. Yang kemudian semakin lama malah makin pesimis ajalah kita, apakah konflik ini akan berakhir.
Latar peperangan Sudan ini betul terjadi di antara tahun 1983-2005 dan disebut Second Sudanese Civil War, yaitu antara pemerintah Sudan dan “Sudan People’s Liberation Army”. Dari Wikipedia disebutkan bahwa sekitar dua juta orang meninggal dunia akibat perang ini yang juga disertai pelanggaran HAM di mana-mana termasuk perbudakan dan pembunuhan massal. Di tahun 2011 Sudan Selatan resmi berdiri sendiri sebagai sebuah negara yang lepas dari kesatuannya. Sayangnya sampai saat ini di tahun 2023, Sudan Selatan ini masih memiliki banyak PR yang harus diselesaikan pemerintahannya. Kasus kemanusiaan dan kesehatan, gizi buruk dan jutaan pengungsi adalah di antaranya.
Membaca buku ini seperti pergi ke dunia yang benar-benar lain dari dunia kita. Seperti terbang ke masa lalu yang penuh penjajahan dan penderitaan, tapi bedanya ini terjadi di masa sekarang.
Be First to Post Comment !
Posting Komentar