Kita semua rapuh, Isabelle. Itulah yang kita pelajari dalam perang
Mengambil latar cerita di Prancis pada masa pendudukan tentara Jerman di tahun 1940-an, Nightingale berkisah tentang kehidupan kakak beradik Vianne dan Isabelle Rossignol. V tinggal di kota kecil bernama Carriveau bersama suami dan anak perempuannya dan Isabelle di Paris bersama ayah mereka.
Kedua kakak beradik ini memiliki sifat yang berbeda. V, karena ditinggal suaminya pergi berperang, cenderung lebih denial dengan kesulitan dalam perang. Awalnya Ia menganggap Jerman tidak akan menguasai kota kecil mereka tetapi setelah berhasil dikuasai, V masih berharap Jerman berperilaku sopan terhadap mereka. Entah karena kepolosan atau memang naluri keibuannya yang cenderung terus ingin melindungi anaknya dari ancaman luar, hal ini membuat Isabelle gemas dan kesal.
Diceritakan dalam dua timeline, masa lalu dan masa sekarang ketika seorang wanita yang kita tidak tahu namanya mendapatkan undangan untuk pergi ke Paris. Sebuah pertemuan "passeur" yaitu orang-orang yang membantu orang lain di masa perang. Awalnya saya menebak-nebak siapa wanita ini, tetapi lama lama saya enjoy saja membaca ceritanya tanpa harus nebak nebak siapa sebenernya si wanita tua ini.
Dengan alur yang cepat dan bikin deg-degan karena bukan sekali dua kali karakter utamanya bertaruh nyawa karena bertemu dengan tentara Jerman. Beberapa adegan yang bikin mewek karena orang-orang dipaksa berpisah dengan orang-orang yang mereka sayang. Orang-orang menghilang, dan semakin banyak yang meninggal dunia. Bahkan genosida kaum Yahudi yang dibawa ke kamp kamp Nazi juga diceritakan di buku ini.
Kita diajak melihat Paris dari sisi yang sama sekali tidak romantis dan indah. Darah dan ketakutan di mana-mana, orang-orang yang kurus kering dan penyakitan, anak-anak yang kehilangan orang tua. Sebuah cerita yang menarik dan meski berupa sebuah cerita, Nightingale menunjukkan kemampuan wanita menyamai pria dalam banyak hal. V dan Iz seringkali karena mereka wanita, mereka disepelekan, padahal mereka melakukan banyak hal yang berbahaya yang bahkan belum tentu pria bisa melakukannya.
Jejak kehati-hatian dan perasaan halus, serta ketegaran dan kesabaran yang dimiliki para wanita menjadi poin penting dari keberhasilan mereka membantu perlawanan perang.
Bagaimana mungkin sampai saat ini -Oktober 1941- tentara Jerman tidak menyadari bahwa Prancis sudah menjadi negara para wanita?
Sebuah buku yang menarik, pantes aja mau dibikin filmnya dan yang jadi kakak beradiknya adalah kakak beradik Flanning! Ngga sabar nunggu filmnya tayang!
Be First to Post Comment !
Posting Komentar