Judul Buku : All That Fills Us
Penulis : Autumn Lytle
Tebal : 352 halaman (10j44m)
Denger via audiobook di Storytel
Narator : Libby McKnight
Cetakan Pertama : 2022
ISBN : 9780800740160
You look so strong , mel, you really do.
But im also so afraid you're going to shattered into a million pieces
Ketika terbangun di rumah sakit, Mel tahu ia kembali mengecewakan dokter dan neneknya. Maka ketika sang dokter merencanakan rehabilitasi penuh untuk memulihkan eating disordernya, Mel memutuskan ia harus melakukan sesuatu.
Mel suka camping, juga berolah raga, ia harus memastikan kalori yang masuk ke tubuhnya segera terbakar dengan banyak gerak dan olahraga adalah penyelamatnya.
Muak dengan hidupnya yang kacau, Mel memutuskan untuk melakukan perjalanan dari tempatnya di Grand Rapids, Michigan menuju Mount Rainier di Washington, sendiri dengan berjalan kaki.
Rencana yang sangat ngga waras jika dilogika, ia sendiri tahu itu. Tapi ia ingin melakukan sesuatu dan berjalan kaki tetap membuat berat badannya stabil, bahkan bisa jadi lebih kurus dari sekarang. Selain itu, ia terinspirasi dari ayahnya yang juga melakukan perjalanan ketika masih muda.
Ada banyak orang orang yang Mel temui dalam perjalanannya sepanjang ~2180 miles tersebut.
Sebenernya termotivasi baca buku ini karena Reading challengenya Red Taylor Swift untuk tema Run, yaitu Buku dengan Road trip. Sepertinya menarik, jarang jarang saya baca perihal eating disorder, jadilah semangat juga bacanya. Ngebayangin jalan sejauh 2000 mil, sendirian, kurus kerempeng kurang nutrisi, sering pingsan pula pasti ngga bakal mudah.
Karakter Mel di buku ini di awal 20-an sih, masih muda masih labil juga terkadang emosinya, tapi seiring perjalanan yang ia lakukan, karakternya berkembang. Ia jadi lebih terlatih mengontrol emosinya, semakin terbuka dan mau menerima nasihat orang lain.
Alur ceritanya juga cepat, butuh berminggu minggu buat Mel melakukan perjalanan ini tapi untungnya ia masih bertemu orang orang baik. Pertemuan pertemuan ini yang kemudian membuatnya mencari lagi hakikat hubungan manusia dengan Tuhannya. Dalam kasus Mel karena ibu dan ayahnya adalah Misionaris yang cukup ketat mendoktrin agama terhadap anak anaknya sejak kecil maka buku ini juga disisipi doa untuk para Santo dan kunjungan Mel ke katedral katedral dalam perjalanannya.
Buku yang ringan tapi tidak terlalu berat menurut saya, mungkin karena saya juga bukan agnostik. Prinsip Tuhan sudah dekat juga di kehidupan saya.
Dari buku ini juga saya jadi sedikit lebih tahu mengenai eating disorder, terutama karena penulisnya juga seorang survivor maka cara berpikir Mel yang nyeleneh tentang makanan itu jadi lebih mudah dipahami.
Bukan untuk pembaca yang mencari cara agar survive dalam eating disorder atau untuk mereka yang mau berjalan kaki sejauh 2000mil, tapi buku ini lebih untuk mereka yang buta sama sekali tentang eating disorder (seperti saya).
Be First to Post Comment !
Posting Komentar