Selamat Pagi! Untuk postingan Hari ini, kemarin kemarin niatnya mau melakukan bedah penulis novel thriller luar negeri. Tapi karena waktunya mepet, saya ngga yakin bakal bisa nyari bahan, nyusun postingan, ngedit ini itu dalam waktu singkat. Alhasil saya kepikiran untuk mewawancarai penulis thriller dalam negeri. Tapi ini pun jadi kendala, karena selain saya ngga pede, ngga enak juga ngejar ngejar orang yang ngga akrab buat wawancara nanya ini itu. Apalagi waktunya mepet.
Alhasil karena kepepet ini, saya baru ingat kalau saya punya teman akrab yang seorang penulis. Maka di suatu siang, saya todong dia untuk menjawab email email saya. Ngoahahhaha.
Jadi, perkenalkan serta sambut dengan meriah tamu saya kali ini. Dion Yulianto. Buat yang masih belum kenal sama Dion, inilah saatnya kamu kenalan sama dia. Saya kenal dia sejak awal gabung ke BBI dan karena bacaan kami waktu itu masih seputaran fantasi, plus domisilinya yang dekat dengan kota saya (Dia di Yogyakarta dan saya di Solo) plus karena dia juga masuk di divisi humas BBI, alhasil saya sering banget tanya ini itu ke dia.
Kenalan dulu sama wajahnyaa |
Berikut hasil percakapan kami di siang bolong - sampai ketiduran- itu
Ditandai dengan warna
Saya dan tanda *
Dion
Haloo Diooon.
Kenalan dulu donk, sedang sibuk apa dan kerja di mana sekarang. Kan belum semuanya kenaal ama kamuuh.
Haloo Vin, dikit banget pertanyaannya, Vin? Tambahin deh, Vin.
*Dih. Nglunjak. Doyan diwawancara rupanya ya.
Ya asal jangan nanya jumlah timbunan terbaru saat ini.
Kenalaan dulu sanaaa.
Oh ya kenalan dulu. Saya kerja sebagai editor sampingan di Penerbit DIVA Press. Kenapa sampingan? Karena sampingan saya banyak: penerjemah, penulis bayaran, ngurusin proposal bantuan buku, bukain pintu gerbang kantor kalau pagi, (rajin ya broh), jadi stalker toko-toko buku on line untuk sidak kalau-kalau ada ulasan temen-temen BBI yang dikutip tanpa izin. (tuh kan) Yang mau kenalan dulu dan ketemunya kapan-kapan bisa colek saya di twitter @dion_yulianto.
Kenalan gaes kenalaaan. Masih available loh statusnyaaa. Oh ya, Dion ini empunya blog Baca Biar Beken!
Salah satu buku terjemahan Dion |
Cerita donk awal mulanya kerja di penerbitan. Memang sejak dulu ada niat untuk terjun ke bidang ini ya?
Dari kuliah, saya memang sudah pengen banget kerja di penerbit. Ini sebagai semacam balas dendam profesional atas masa kecil saya yang kekurangan buku (makanya sekarang menimbun adalah hobi saya).
*Pembelaan.
Habis lulus kuliah juga sudah ngebet banget pengen kerja di penerbit sampai dulu saya rela digaji murah. Bayangkan sebulan pernah cuma dibayar Rp250.000. Ini sama gaji kasir Mirota Kampus saja masih kalah banyak. Tapi, ya namanya sudah seneng kerja di tempat-tempat begituan ya mau gimana lagi. Tetapi, saya percaya jika kita melakukan sesuatu dengan sungguh-sungguh, lama-lama capek beneran.
*Hah?
Eh ya nggak begitu ding. Pokoknya saya mencintai apa yang saya kerjakan sehingga lama-lama semesta ngejorokin saya ke kantor yang sekarang.
*Alhamdulillah ya sis.. Ehh, brooh.
Sebelumnya, saya sudah beberapa kali berganti hati *halah* penerbit gara-gara belum nemu yang cocok. Ya namanya juga jodoh, jadi nggak bisa dipaksain kan ya? Tapi ya jodohnya jangan lama-lama gini juga kali ya datangnya (T_T)
*Gusti. Kode lagi dia.
Silakaan kenaalaan, gaees. Masih available loh diaa.
Kamu kan juga editor, terus kapan donk ada waktu untuk nulis buku? Padahal kamu kan juga sering nerbitin buku.
Nggak sering juga kali Vin. Sebulan sekali masak sering? (Ealah malah cumbong, maafkeun. Ini impian saya, sebulan satu buku semoga bisa kesampaian).
*Amiin. Mayan ya kalau royaltinya bisa tiap bulan masuk. *nyengir cantik
Seharian dari Senin – Jumat saya full mengedit di kantor dari jam 08.00 sampai 16.30, nah di sela-sela ngedit ini kalau lagi jenuh saya bakal curi-curi waktu cari bahan. Atau sering kepoin FB/Twitter penerbit cari buntelan. Ya karena ga ada buntelan, saya lalu liatin daftar buku-buku baru mereka untuk memancing ide. Dari situ biasanya muncul ide untuk nulis buku ini dan itu.
*Sambil nyelem minum air ya. Sambil belanja sambil nyari bahan buat bayar belanjaannya xD
Kamu nulis buku buku apa sih, Yon? Novelkah?
Eh iya, saya bukan penulis novel atau cerpen loh, tetapi penulis buku-buku bahasa Inggris yang materinya tersedia banyak di Internet. Biasanya, yang lama saat bikin naskah bahasa Inggris itu mikir konsepnya. Kalau udah ketemu konsep biasanya jadi lebih cepet. Tinggal bikin outline dan kopas rumus lalu dikasih contoh kalimat. Biasanya ini saya lakukan sepulang jam kantor ketika internet lancar jaya *numpang wifian. Untuk menulis bukunya, saya sering lembur di hari Sabtu (trus pulang siang lanjut ke Hartono Mall nenggok obralan Gramedia). Begitu Vin, jadi ya nggak istimewa-istimewa amat lah jadi penulis itu *dikeplak
*Tetep istimewa lah yaa. Ya ada yang bisa dibanggakan selain timbunan lah seenggaknya. *didorongkejayawijaya
Menurutmu enakan jadi editor apa penulis?
Jujur, LEBIH ENAK JADI PENULIS. Jadi penulis itu lebih terasa bangganya karena nama kita ada di dalam, trus dapat duitnya di muka, trus masih dapat sampel buku, trus masih bisa pamer di Instagram. Tapi, berkat kerja jadi editor, saya jadi lebih menghargai pekerjaan editor. Editor itu sabarnya luar biasa loh, nungguin revisi dari penulis aja sabar ... apalagi nungguin jodoh? #eaaakkk.
*Kode Lagi, Yonn??
Baiklah.
Silakaan Gaeees.
Editor itu ibarat penulis kedua tanpa tanda jasa. Dia ada tetapi selalu tersembunyi di halaman kedua.
*Curhat ni ye.
Pokoknya kalau nggak kuat hati, saya sarankan mending jadi idol saja daripada jadi editor. Karena itulah, buat yang cita-citanya pengen jadi editor, lebih baik nulis dulu yang banyak sebelum nanti kamu terlalu sibuk ngedit tulisan orang lain ketimbang mengedit tulisanmu sendiri.
*Ini kok jleb banget ya... *lirik draft yg ga kelar kelar
Motto saya saat ini adalah: Sesekali, biarkan orang lain yang pusing mengedit tulisan kamu, jangan kamu terus yang pusing mengedit tulisan orang #pepatahsesat
*Sesat banget, yon..ciyus. etapi bener juga sih xD
Kamu suka baca buku buku tentang apaan, Yon? Kayaknya Fantasi sama sejarah ya?
Sebenarnya aku ini pembaca buku nonfiksi Vin, terutama buku-buku sejarah. Tetapi setelah diracun oleh BBI yang kebanyakan penggemar novel, saya jadi penimbun novel juga. Baca novel fantasi suka banget Vin sebagai hiburan, tetapi bacaan fantasi ini bukan tipe buku yang akan kubaca berulang kali. Pokoknya selesai baca ya udah, bye, timbun atau disumbangkan (bohong banget!).
Kesukaan terbesar tetap pada buku-buku sejarah Vin, soalnya kalau dipajang di rak itu kelihatan keren aja hahaha nggak ding. Saya kagum dengan buku sejarah karena data-data itu bisa selamat setelah melintasi waktu ratusan tahun, dan bayangkan betapa luar biasa kerja keras para penulisnya dalam mengkompilasi data dan fakta dari ribuan naskah dan babad kuno yang terserak serta pras ... udah ah kepanjangan. Pokoknya, pesyen eikeh itu di buku sejarah. Dari jaman SMA memang sudah suka sama sejarah sampe pilihan pertama UMPTN *yasalam ketahuan angkatan berapa* adalah Ilmu Sejarah UGM. Tapi, apa daya keterimanya di UNY.
*UMPTN.... ya ngga beda jauh sih ya sama SPMB. *sesama angkatan tua
Ada buku favorit ngga? Atau buku paling berkesan yang kamu punya?
Buku favoritnya ... em Seri Indonesia Tempo Doloe, Vin, sama Sejarah Rempah, sama buku-buku Komunitas Bambu yang muahallll tapi sampulnya seksi banget itu.
Beginilah cantiknya salah satu cover Buku KoBam |
Sekarang kan banyak tuh sarana sarana sebagai tempat menulis cerita. Semacam storial, wattpad, dkk. Udah gitu banyak seminar dan diskusi tentang buku juga. Menurutmu iklim kepenulisan di Indonesia memang lagi bagus bagusnya kah? Atau sebenernya sama aja kayak sebelum sebelumnya?
Kalo dibandingin di zaman saya kuliah, iklim kepenulisan saat ini jauh lebih bagus. Sepenglihatan saya, buku-buku lebih banyak diterbitkan di era ini ketimbang sebelumnya. Buku juga murah dan cenderung lebih mudah didapatkan. Sering ada obralan buku-buku bagus dengan harga miring banget, andai saja obral ini sudah ada sejak masa saya SMA dan kuliah, saya akan sangat bersyukur sekali. Begitu juga jadi penulis, sekarang kayaknya sudah lebih gampang daripada dulu. Istilahnya sekarang, siapa saja bisa menulis dan jadi penulis saking mudahnya menerbitkan buku. Tentu saja, berhasil menerbitkan buku bukan jaminan bukunya akan laku, itu masalah yang berbeda. Semua mungkin bisa menulis dan menerbitkan buku, tetapi tidak semua bisa menuliskan buku yang laku di pasaran. Jadi, kembali kepada kita masing-masing: ingin menulis murni karena ingin menulis atau ingin menulis buku yang laku, karena nanti caranya agak berbeda. Setidaknya, menulis dan menerbitkan buku sudah jauh lebih mudah saat ini dibandingkan sepuluh tahun yang lalu.
Ada tips ngga buat penulis penulis pemula yang masih ragu dan ngga pede mau ngirimin naskahnya?
Yang penting selesaikan dulu menulis naskahmu sampai selesai, udah itu langsung kirim aja. Urusan ditolak itu urusan belakangan. Kayak nembak calon pacar gitulah, tembak dulu dan ditinggal kemudian #nyesek wkwkwk.
*Astagaa dia curhat beneraaan. ._____.
Kalau belum pede, coba ke penerbit kecil-kecil dulu. Saran saya, untuk naskah pertama jangan langsung ke penerbit gede, tapi ke penerbit-penerbit menengah yang potensial. Saat satu karya kita diterima, biasanya kita akan bersemangat menulis karya lain dan mengirimkannya lagi. Kumpulkan dulu kebahagiaan-kebahagiaan kecil ini sehingga kita jadi semangat untuk terus menulis. Saya termasuk orang yang yakin kalau setiap naskah itu punya jodohnya masing-masing. Siapa tahu, jodohnya naskahmu bukan penerbit gede di Jakarta itu tetapi penerbit kece di pelosok Jawa.
*Tuh gaes. Info penting inii.
Kudu rajin2 juga cari info dari penerbit ya. Jangan sampai kita kirim naskah novel ke penerbit buku TTS. Sering-sering juga lihat buka segel plastik buku baru di toko buat tahu buku-buku yang lagi diterima oleh si penerbit impian. Itu aja sih.
Makasih ya Vin.
Aku yang makasih karena udah mau ditodong wawancara, dadakan pulaaa.
Buat yang mau ngobrol sama Dion, silakan kenalaan. Orangnya asyik kok, supel, bersahabat, tidak sombong, rajinmenabung....timbunan pula.
Terima kasih telah menyimak postingan saya kali ini.
Posbar ini tinggal besok. Eits, selain posbar, besok saya juga akan ikutan bikin Giveaway Hop di blog saya. Ikutan ya!
Setiap baca postingan Dion, selalu ngakak..padahal ini lagi wawancara serius..
BalasHapusKode dimana2...cuma bs berdoa, smg segera di dekatkan...
Amiiiiin. Amiiiin amiiinnn
HapusLumayan lama ngepoin blog Baca Biar Keren! dan akhirnya tahu juga pekerjaannya apa. hahaha. Habis seru cara meresensinya.
BalasHapusIya, aku juga suka cara dia mereview sebuah buku. Serius, berbobot tapi juga kocak.
HapusDioooon....senang bisa kenal sama Dion. Salah satu penulis/editor yang suka kadang narsis, tapi tetep humble. Sukses selalu sama Diva ya Yon :-)
BalasHapusHu um. Bener bener sosok yang nyenengin buat dijadiin sahabat xD
Hapusebuset banyak curhat... ngakak tingkat dewa akuh. :D
BalasHapustebar kode tiada henti :q
HapusDuh, lucu banget sih ya kak Dion ini :D Jd penasaran sama buku-buku karyanya.
BalasHapusyuk yuk dibeli, bisa beli di dia juga loh :D
HapusHih warna tulisannya kok ga ketok bedaaaaaa *bacanya sambil micingin mata*
BalasHapusIyaaa ternyata. maafkaan. ngahahahha
Hapushihi, kak Dion ini nggak jauh dari kata kocak kayaknya. Nggak itu resensi ataupun saat wawancara, kocak tetap aja dapet cyiinn... haha. Sukses terus ya kak... ^^
BalasHapusamiiin. iyaa, kenalaan kenalaaan
HapusMakasih ya Vin udah diwawancarai, makasih juga teman-teman sudah mau susah payah membaca curhatan terselubung saya. Semoga semakin bertambah timbunan eh koleksi buku kalian.
BalasHapussama samaa dioon, jangan kapok ditodong lagi yaaa
HapusDion...aku kangen dirimu...
BalasHapusEh, satu lagi fakta tentang Dion. Dia penggemar buah-buahan. Tiap kita kopdar, Dion pasti bawa buah. Info ini penting buat yang cari jodoh #eaa
eh iya ini bener bangeeeeet. ke Dunkin aja dulu bawa buaah ya diaa
HapusSeru sekaliii
BalasHapus