Judul Buku : Holy Mother
Penulis : Rikako Akiyoshi
Penerjemah : Andry Setiawan
Penerbit : Haru
Cetakan pertama : Agustus 2016
Tebal : 284 halaman, paperback
ISBN : 978-602-7742-96-3
..bahkan kalau perlu Honami akan
melindunginya dengan nyawanya.
Seorang bocah ditemukan dalam
keadaan tak bernyawa di pinggiran sungai Kota Aiide, Tokyo. penemuan itu jelas
membuat geger seluruh warga, apalagi anak tersebut baru berumur empat tahun dan
meninggal secara tidak wajar. Penyelidikan dilakukan oleh kepolisian, para
warga juga mulai bekerja sama melakukan penjagaan ketat di sekitar tempat
tinggal mereka. Orang tua mengawasi anaknya dengan ketat, kota dikelilingi
ketakutan yang kelam dan mencekam karena pembunuhnya belum ditemukan.
Honami adalah salah satu orang
tua yang menjadi amat protektif terhadap anaknya. Pengalamannya dalam
menghadapi kesulitan kehamilan membuat Honami amat menyayangi Kaoru, anak
perempuan satu satunya yang ia miliki. Tragedi penemuan mayat di lokasi yang
tak jauh dari tempat tinggalnya itu membuatnya ketakutan setengah mati. Ia
bertekad selama pembunuh itu masih berkeliaran di luar sana, ia akan melindungi
dan tak membiarkan Kaoru lepas dari pandangannya.
Di lain pihak, sang pembunuh
yang masih berkeliaran itu masih belum puas dengan perbuatannya. Ia mengincar
korban baru, dan kota harus bersiap siap menghadapi sebuah kematian lagi...
Ugh..
Ceritanya sejak pertama buku ini
diopen order, saya sudah bertekad untuk segera beli dan baca. Tapi dasar
pelupa, sampai berbulan bulan kemudian akhirnya saya baru inget untuk beli.
Itupun karena komentar mereka yang sudah selesai membacanya sebagian besar
menyebutkan bahwa cerita di buku ini amat mengejutkan. Terus saya jadi
penasaran. Terus mumpung ada barengan waktu beli buku.
Sebenarnya sejak awal membaca
cerita ini, saya mencoba mengumpulkan kemungkinan kemungkinan plot twist
terburuk. Setiap petunjuk saya amati, setiap orang saya curigai. Harapannya sih
ya biar saya nggak ketipu ketipu amat gitu.
Tapi kok ya ternyata tetep aja
ketipu... *sigh*
Sesuai dengan sinopsis yang ada
di bagian belakang buku, cerita memang berfokus pada apa yang dilakukan Honami
dalam melindungi anak perempuannya. Sebagai seorang Ibu, saya bisa memahami
ketakutan dan kekhawatiran yang Honami rasakan. Kecemasannya berwujud dengan
semakin protektifnya ia, mata elangnya selalu mengawasi kemana anak kecilnya
itu pergi dan bermain. Tak cukup dengan itu semua, Honami juga diam diam
melakukan penyelidikannya sendiri terutama dengan orang asing yang terlihat
mencurigakan di daerah tempat tinggalnya. Baginya, polisi tak bisa dipercaya
untuk menangani kasus ini, karena tak juga ditemukan siapa tersangkanya.
Di antara semua tokoh dalam
cerita ini, sayangnya saya tak menyukai satu orang pun. Hahaha. Meski beberapa
tokoh menyisakan kesan yang dalam setelah saya selesai membaca, tapi saya tak
menemukan sesuatu yang bisa saya sukai dari mereka. Karakter Honami yang
menjadi tokoh utama diceritakan sebagai wanita yang tangguh dan keras kepala.
Dalam kilas balik diceritakan juga masa lalu Honami saat ia masih dalam
perawatan untuk kehamilan, jatuh bangunnya dalam berusaha memiliki seorang anak
karena kelainan rahim yang ia miliki.
Yah meski saya ngga suka sama
tokohnya, tapi saya suka dengan klimaks yang diberikan oleh si penulis. Pembaca
dibuat penasaran, bukti bukti dan rangkaian kejadian diberikan sedikit demi
sedikit sehingga kita juga bisa menganalisis dan mencoba mencari titik temu
siapa pembunuhnya. Tapi ya gitu deh.
Pesan saya sih yang sabar aja baca
buku ini. Karena di atas klimaks masih ada klimaks.
"Di atas klimaks masih ada klimaks". Sugooiiii.... eh, suupeerrrr sekali, Vin :D
BalasHapusSaya malah kurang merasakan kesan setelah membaca buku ini. Beda dengan pembaca lainnya yang mengatakan jika buku ini keren. Soalnya, thriler yang seharusnya lebih keji dan detail, justru penuh dengan drama, bukannya tergesa-gesa berlomba dengan waktu untuk menemukan pembunuhnya.
BalasHapusWah, saya makin penasaran untuk baca bukunya melihat cuplikan ulasan Adin ini.
Hapus