Editor: Prisca Primasari
Proofread: Tharien Indri
Sampul: Dwi Anissa Anindhika
Layout: Gita Mariana
ISBN 978-602-74924-0-0
Ketika membereskan lemari milik
almarhumah Mamanya, Nina menemukan empat buah kaset tua yang teronggok di sudut tertutupi tumpukan kain. Belum seminggu Mama meninggal, Nina yang kini
sendirian tanpa saudara kandung dan Papa yang telah terlebih dulu meninggal,
merasa hidupnya amat menderita. Melihat kaset-kaset tersebut membuat Nina
penasaran sekaligus membangkitkan kenangannya tentang sosok sang Mama.
Bertahun-tahun bergelut di bidang sulih suara, Shava -nama Mamanya Nina- telah menghasilkan banyak karya. Nina memang tidak terlalu dekat dengan Shava karena wanita itu sebenarnya Mama tirinya, tapi Nina sangat menghormati dan menyayanginya dengan sepenuh hati. Tidak banyak hal yang diketahui Nina tentang masa lalu Shava, terutama mengenai kehidupan pribadinya. Maka ketika Nina mendengarkan kaset yang ditemukan tadi, ia terkejut karena kaset itu bagian dari rahasia masa lalu Shava.
Shava memiliki dua buah rumah, yang satu berada di tengah kota dan yang satu lagi berada di pinggiran kota Bogor. Rumah di pinggir kota itu sebenarnya merupakan villa yang hampir tidak pernah ditempati oleh Shava semenjak ia menikah. Nina memutuskan untuk menyendiri ke rumah tersebut sambil menenangkan dirinya dari rasa kehilangan terhadap sang Mama, ysekaligus mengatasi rasa penasarannya tentang empat kaset yang ia temukan.
Di rumah tersebut, bukan hanya rahasia Shava yang terungkap lewat kaset-kaset lama, tetapi Nina juga mulai mendapati keanehan pada rumah tersebut. Dihantui masa lalu Mamanya serta arwah tak tenang secara bersamaan, mampukah Nina mencari tahu apa hubungan antara keduanya?
Sebagai penulis cerita Horor, Eve Shi selalu pandai meramu ide ide cerita yang awalnya tampak sederhana menjadi cerita yang kompleks dan membuat penasaran pembacanya. Dibandingkan Aku Tahu Kamu Hantu dan Lost -dua novel Eve Shi yang pernah saya baca- The Bond memiliki kedekatan "pengalaman" tokoh utama terhadap pembacanya. Bermula dari sebuah kaset dan kematian Ibunda, sosok dan tragedi yang dihadapi Nina lebih mudah dibayangkan untuk benar terjadi di kehidupan nyata. Karena itu rasa takut yang hadir terasa lebih alami meski berhubungan dengan makhluk tak kasat mata.
Konflik yang dibangun juga diceritakan dengan apik dan penuh misteri. Unsur kejutan juga membuat pembaca betah melahap kata demi kata bertanya tanya apa yang sebenarnya terjadi di rumah tua tersebut.
Adanya dua alur serta tokoh
utama yang berbeda di tiap alurnya tidak lantas membuat cerita ini sulit
diikuti. Peralihan kisah dibatasi oleh bab bab yang berbeda dan mempunyai judul
siapa tokoh utama dalam bab tersebut. Meski menurut saya porsi Nina masih
kurang banyak, tetapi saya puas dengan cara penulis menjalin dua kisah berbeda
menjadi sebuah cerita yang berikatan dan menguatkan misteri satu sama lainnya.
Persis seperti judulnya, The Bond.
Saya tak akan banyak bercerita lagi daripada nanti keceplosan spoiler.
Saya tak akan banyak bercerita lagi daripada nanti keceplosan spoiler.
Tiga setengah bintang untuk The
Bond. Bagi kalian penyuka kisah horor, masukkan buku ini di wishlist kalian
segera!
Ini kali pertama saya menjadi host dalam blogtour yang diselenggarakan oleh Twigora. Biasanya sih saya cuma jadi peserta kuis alias tim penggembira. Sekaligus dibikin penasaran sama pose pose nyentrik para hostnya. Eh pada akhirnya saya mengalami hal yang sama juga deh. Menyiapkan foto dengan pose unik, apalagi novelnya bergenre horor. Sebelumnya sempat saya share dengan beberapa teman, dan komentar mereka jujur abis.
Muka saya serem. Bahkan ada yang sampe mimpi buruk abis liat poto saya. *merasa bersalah * **dikiiiit**
Jadi, inilah foto saya. Sudah mirip? Atau malah lebih serem? XD
Untuk giveawaynya, akan saya pos setelah review ini ya! Tetep tungguin ajaah. X)
Ini kali pertama saya menjadi host dalam blogtour yang diselenggarakan oleh Twigora. Biasanya sih saya cuma jadi peserta kuis alias tim penggembira. Sekaligus dibikin penasaran sama pose pose nyentrik para hostnya. Eh pada akhirnya saya mengalami hal yang sama juga deh. Menyiapkan foto dengan pose unik, apalagi novelnya bergenre horor. Sebelumnya sempat saya share dengan beberapa teman, dan komentar mereka jujur abis.
Muka saya serem. Bahkan ada yang sampe mimpi buruk abis liat poto saya. *merasa bersalah * **dikiiiit**
Jadi, inilah foto saya. Sudah mirip? Atau malah lebih serem? XD
Untuk giveawaynya, akan saya pos setelah review ini ya! Tetep tungguin ajaah. X)
penasaran dengan novel horor Indonesia, so far cuma satu-dua buku yang udah dibaca dan ingin mengulik lebih dalam akan hal itu. semoga kali ini aku beruntung di blogmu. fotomu mirip kok mbak sama gambar contohnya.
BalasHapusMasa lalu, rumah tua seram dan arwah penasaran...horor sekali ini
BalasHapusItu fotonya kok gak ngadep kamera sih??
jadi kurang horor kan.... #ups :D
SEru juga kayaknya belum pernah baca novel horor😂
BalasHapuskyaaa kedua-duanya sereeem
BalasHapusbaca horor hobbyku bangete, aduh smga menangis ini buku hihi
Arwah yang tidak tenangnya itu siapa ? Shava ?.. Moga penggambaran si arwahnya gak terlalu mengada-ada kayak film horror Indo ^^
BalasHapusDihantui masa lalu mamanya dan arwah yang tak tenang. Hwaa kalau udah diawali kata dihantui mah pasti ngga enak dan bikin penasaran. Coba kalau giginya mba Alvina keliatan juga kayak yang sebelahnya pasti lebih serem lagi. Merinding deh jadinya *kemudian close tab
BalasHapus