Judul :
Megamendung Kembar
Penulis :
Retni SB
Penerbit :
Gramedia Pustaka Utama
Tebal : 360
halaman, baca di Scoop
Cetakan
pertama : Juli 2016
ISBN : 9786020332307
Lelah
dengan pekerjaannya yang semakin menggila di Jakarta, Awie memutuskan untuk
berlibur dan mengunjungi neneknya di Kalitengah-Cirebon selama seminggu. Sudah
lama ia tak mengunjungi sang nenek. Apalagi tidak ada keluarganya yang tinggal
bersama nenek, ia hanya tinggal bersama Mbak Tum, seorang ART yang
dipekerjakan.
Di Kalitengah, Awie merasakan kerinduan neneknya akan perihal membatik. Neneknya dulu seorang pembatik yang mahir, tetapi semenjak kakek meninggal, nenek berhenti dari segala aktivitas membatik. Sayangnya, tak ada anak-anaknya yang melanjutkan kegiatan membatik tersebut.
Meskipun berhenti dari membatik, nenek masih memiliki banyak koleksi kain batik di lemarinya. Ketika ia memperlihatkan tumpukan kain tersebut kepada Awie, tanpa sengaja Awie melihat sebuah kain Megamendung yang amat menarik. Jika biasanya Megamendung berdegradasi warna tujuh macam, kain yang satu ini berdegradasi sembilan macam warna. Tentu bukan sembarangan orang bisa membuatnya, dan dilihat dari batikannya, kain ini jelas dibuat oleh nenek. Sayangnya, ketika Awie menanyakan perihal kain tersebut, nenek malah diam, membeku, mimik mukanya langsung berubah dan terlihat jelas ia tak mau membahas kain Megamendung tersebut.
Sebenarnya sejak lama Awie sudah tahu bahwa nenek memiliki ikatan khusus dengan batik-batiknya. Dulu nenek sering membatik sampai meneteskan air mata, entah mengapa. Dan kali ini rasa penasaran Awie makin menjadi setelah reaksi nenek terhadap kain Megamendung tersebut. Nenek menjadi murung, raut wajahnya menampakkan terluka, serta dia akan buru buru mengelak dan menyimpan kain tersebut. Yang lebih aneh lagi, Awie menemukan kain Megamendung serupa di sebuah toko batik tak jauh dari Kalitengah. Kain Megamendung tersebut dipajang dan terlihat jelas kalau kain tersebut dikeramatkan dan tidak dijual.
Mengapa bisa ada dua kain Megamendung yang sama persis? Apa yang sebenarnya disembunyikan oleh nenek?
Sebenarnya saya agak penasaran waktu membaca buku ini. Meski tahu kalau genrenya romance, saya masih berharap ada bumbu-bumbu misteri atau apalah gitu dalam ceritanya. Ternyata yaa, buku ini hanya bercerita tentang kisah cinta. Cinta yang mendua, pengharapan cinta, cinta dalam keluarga, intinya sih penuh dengan tema cinta. Sebagai seorang pembaca yang agak kurang dapat menikmati cerita tentang cinta, saya mulai khawatir, jangan-jangan buku ini nggak akan selesai saya baca.
Tapi ternyata,
buku ini asyik dibaca. Ada suasana pedesaan yang kental dalam ceritanya.
Mungkin karena penggunaan bahasa Cirebonan dalam dialognya, mungkin juga karena
penulis cakap dalam mendeskripsikan latar cerita, baik tempat maupun unsur yang
terkait dengannya. Misalnya dalam mendeskripsikan batik dan perlengkapan yang
digunakan dalam membatik itu sendiri.
Diraihnya
canting cecek lima. Diamatinya kelima lubang kecil tempat mengalirnya malam
yang formasinya serupa lingkaran. Ini canting untuk isen-isen, mengisi area
kosong dalam motif batik dengan lima buah titik.
Percakapannya
sih lumayan asyik, gampang diikuti meski menggunakan bahasa daerah, tapi saya
lebih menikmati deskripsi dalam novel ini. Jadi kayak ikut jalan-jalan ke
Cirebon sana. Tapi memang alurnya lambat sih, dan agak membosankan juga karena
kisah cinta si Awie agak-agak menyebalkan gitu. Mungkin karena di sini sosok
Awie adalah wanita yang cuek, bebal, dan nggak peka sama kode kode cinta dari
cowok. Padahal udah diseriusin, eh masih aja dianggap bercandaan ama dia. Beuh,
pingin mites kepalanya kalau ketemu beneran deh.
Terus dalam
buku ini juga ada kisah balik ke Indonesia di tahun setelah proklamasi, ketika
Belanda menyerang kembali dengan Agresinya. Sebenarnya malah bagian ini yang
saya suka, konfliknya kerasa banget dan penyelesaiannya juga nggak maksa kayak
bagiannya Si Awie.
Yah kalau
penasaran, baca aja sendiri yak XD
Ini settingnya mengambil di Cirebon, tempat saya tinggal. Wah penasaran ada apa saja yang dikulik penulisnya.. semoga cepat bisa baca segera..
BalasHapusSemogaa yaaa, wah saya belum pernah ke cirebooon. Paling lewat doank klo naek keretaaa
HapusPenasaran banget karena novel ini wira wiri di Goodreads, seheboh apakah kok sampai banyak yang baca. Setelah baca ulasanmu, jd lumayan tahu tentang novel berjudul unik dan tak biasa ini.
BalasHapusHe eh mungkin karena temanya unik yo tentang batik..
Hapus