Judul Buku : Sekolah di Atas Bukit
Penulis : The Nature Conservancy
Penerbit : Gramedia Pustaka
Utama
Tebal : 280 halaman, ebook di
SCOOP
Cetakan pertama : 2015
ISBN : 978-602-03-1593-5
Aku hanya ingin bertemu. Memastikan
kau masih di sini.
Kalau tidak di sini, aku mau ke
mana lagi? Tempat ini rumahku.
Sekolah di atas bukit berisi 31
cerita yang berhubungan dengan konservasi lingkungan di Kalimantan Timur.
Cerita pendeknya pun macam-macam, meski memang diambil dari pengalaman para
aktivis TNC saat bertugas. Ada yang kocak macam Pesan yang terbawa Angin, ada
yang sarat tantangan seperti Melacak Orangutan Segah. Ada juga yang
menceritakan keberanian seperti pada Finding Pongo. Secara garis besar tentu
saja ceritanya setema, serupa, mirip, tapi buat saya tetap saja menambah ilmu
baru tentang alam luar.
Sebenarnya
tidak semua merupakan cerita pendek, beberapa di antaranya adalah artikel yang
membuka pandangan pembacanya tentang isu iklim serta orang-orang yang bergerak
di belakangnya. Ya, tentu saja ada banyak pengalaman yang mewarnai kehidupan
para pejuang lingkungan, baik yang di garis depan maupun mereka yang berada di
dalam gedung-gedung mencari donatur dan sponsor demi lancarnya misi mereka
menyelamatkan lingkungan.
Dari keseluruhan bab, Cerita pertama merupakan cerita yang saya suka, berjudul Ini Rumahku. Cerita pembuka ini tentang seorang aktivis lingkungan yang terjun langsung ke medan dan bertemu hewan-hewan yang dilindungi. Sejujurnya saya agak terlalu tinggi memasang harapan, karena ternyata buku ini nggak semuanya berisi cerita pendek. Juga cerita di dalamnya hanya dilengkapi dengan ilustrasi. Padahal menurut saya akan lebih bagus jika beberapa cerita atau saat pergantian bab, dapat disisipkan foto-foto tentang situs konservasi tersebut. Ya memang sih sekarang sudah ada mesin pencari gambar, tapi kalau disisipkan dalam buku, menurut saya akan menambah keterikatan dan keterhubungan antara pembaca dengan buku yang ia baca. Apalagi ini nonfiksi.
Pemanasan global memang
merupakan masalah lingkungan yang makin lama makin memprihatinkan. Saya ingat
ketika masih awal kuliah dulu terkesima dengan film An Inconvenient Truth
milik Al Gore di salah satu jaringan TV Berlangganan. Betapa menakutkan
pengaruh pemanasan ini. Setelah itu pun, masih saja ada oknum-oknum yang
menentang bukti pemanasan global, dan menganggap itu semua hanyalah periode biasa
yang memang akan dialami oleh bumi. Saya rasa buku-buku seperti Sekolah di Atas
Bukit ini juga berperan dalam meningkatkan kesadaran dan kepedulian orang-orang
terhadap isu lingkungan. Terutama karena hutan Indonesia yang semula 130 juta
hektar, di tahun 2011 hanya tersisa 90 juta hektar (Dari artikel Indonesia Negara
Adidaya yang [Tak] Berdaya). Pemulihan hutan juga tidak bisa dalam sekedipan
mata akan langsung menampakkan hasil. Masih ada proses panjang yang harus
ditempuh dan juga dukungan dana dan sumber daya manusia yang tidak sedikit.
Maka, sayangilah lingkunganmu.
Sayangilah hutanmu. Karena bumi masih akan kita wariskan kepada anak cucu kita
kelak.
Terima kasih untuk SCOOP, Gramedia.com dan Gramedia Pustaka Utama karena udah mengijinkan saya memilih buku ini gratis \o/
Be First to Post Comment !
Posting Komentar