Judul Buku : O
Penulis : Eka Kurniawan
Penerbit : Gramedia Pustaka
Utama
Cetakan pertama : Februari 2016
Tebal : 470 halaman, beli di
SCOOP
Semua manusia dan binatang dan benda-benda dan kenangan dan harapan berebut untuk hidup di kota ini. Mereka hanya perlu saling memakan.
Ini buku Eka keempat yang saya
baca. Dulu sewaktu awal buku ini terbit, saya dibikin penasaran dengan
judul dan covernya. Kenapa monyet? Kenapa O? Tapi berhubung harganya mahal dan
bukan prioritas, jadi hanya masuk wishlist, belum jadi dibeli sampai beberapa
hari lalu saya mendapatkan novel ini secara gratis. Terima kasih untuk SCOOP,
Gramedia.com dan Gramedia Pustaka Utama \o/
Novel O bercerita tentang kehidupan para binatang di belantara Jakarta. Tersebutlah O, monyet betina yang menghabiskan waktunya untuk berubah menjadi manusia dengan bekerja di sirkus topeng monyet. Harapan O kelak dengan sering mengikuti gerak gerik manusia, ia juga akan segera menjadi manusia seperti kekasihnya dulu, Entang Kosasih. Dulu, O dan Entang Kosasih tinggal bersama sekumpulan monyet lainnya di Rawa Kalong. Mereka adalah sepasang kekasih yang saling mencintai dan memutuskan akan menikah di bulan kesepuluh. Sayangnya, Entang Kosasih amat berambisi menjadi manusia sehingga tidak terlalu peduli dengan pernikahan itu. Suatu hari, setelah sebuah tragedi terjadi, Entang Kosasih menghilang begitu saja. Tak ada yang bisa menemukan monyet itu, sampai kelak ketika O melihat poster Kaisar Dangdut, ia percaya bahwa Entang telah berubah menjadi manusia. Yup, menjadi Sang Kaisar Dangdut yang menjadi idola banyak manusia.
O kemudian ikut bersama seorang pemuda menyajikan atraksi topeng monyet. Meski
pemuda itu sering pelit dan kasar terhadap O, tapi O selalu sabar dan
menjalankan perintah majikannya dengan sepenuh hati. Manusia manusia yang
melihat O disiksa sering heran, mengapa O tidak pergi saja dari majikannya.
Apalagi sebenarnya setiap O dan majikannya kembali ke "rumah" mereka,
yaitu sebuah gedung kosong dan berhantu, monyet itu akan dilepas dari
rantainya.
Selain O, buku ini juga menceritakan kisah Kirik, anak anjing yang sering menghampiri O dan menyuruhnya kabur dan membebaskan diri dari manusia. Ada juga kisah tentang Sobar, seorang polisi yang jatuh cinta dengan kekasih seorang bandit. Ada cerita tentang Kakatua, yang kabur dari sangkarnya dan hidup bebas tanpa majikan. Dan masih banyak lagi tokoh dalam buku ini yang kisahnya saling berkelindan.
Hal pertama yang ada di pikiran
saya saat awal membaca buku ini adalah gimana cara ngafalin tokoh tokoh
berserta namanya? Tapi ternyata, meski ada puluhan tokoh, saya bisa membedakan
satu sama lain dengan mudah dari ciri-ciri yang diberikan penulis. Mungkin juga
karena sebagian besar berupa hewan yang kelakuannya mirip manusia (ya iyalah,
ini kan Fabel), mungkin juga karena nama-nama unik yang diberikan penulis
kepada tokohnya sehingga makin mudah membedakannya.
Satu hal yang saya suka dari novel novel Eka adalah caranya bercerita yang acak tapi tertata. Jangan tanya alurnya karena pembaca dibuat menebak-nebak dan mencoba membuat korelasi sendiri antara isi bab satu dengan yang lainnya, apakah saat itu alur yang dipakai adalah alur maju atau mundur. Untuk tokoh-tokohnya, seperti buku Eka lainnya, memiliki banyak cela dan duka dalam hidupnya. Karakter para hewannya agak unik karena saya rasa mereka malah memiliki pikiran yang lebih luas daripada para manusianya. Atau memang ini disengaja ya? Jadi di cerita ini ada beberapa hewan yang lebih manusia daripada manusia dan ada beberapa manusia yang lebih binatang daripada para hewan.
Membaca buku ini, anehnya,
membuat saya penasaran sekaligus tersindir dengan ironi-ironi sosial yang
disampaikan dalam cerita. Saya penasaran bagaimana akhir cerita dari
masing-maisng tokoh, apakah ada yang mendapatkan akhir bahagia? Tapi yang utama
adalah apakah O akhirnya bisa menjadi manusia dan bertemu pujaan hatinya? Ah,
sebuah buku yang menyenangkan untuk dibaca, padahal awalnya saya khawatir tidak
dapat menyelesaikannya. XD
Be First to Post Comment !
Posting Komentar