Judul Buku
: Love In Blue City
Penulis :
Irene Dyah
Penerbit :
Gramedia Pustaka Utama
Tebal : 220
halaman, paperback
Cetakan
pertama : 2016
ISBN : 978-602-03-2865-2
Review di Steller
Jadi,
sayang itu harus diperjuangkan ya. Kalau begitu, beri aku kesempatan untuk
memperjuangkan sayangmu.
Masih ingat
perjalanan Nada dan Haykal di Marrakech, Maroko? Kali ini kita akan menemani
mereka menjelajahi kota biru –Chefchaouen- masih di Maroko. Bedanya, kali ini
Nada ditemani Rania, sahabatnya yang paling cerewet, doyan belanja tapi juga
baik hati. Sedangkan Haykal ditemani oleh Noemie, model yang cantiknya luar
biasa sampai membuat Nada langsung cemburu saat melihatnya.
Jadi
begitulah, isi perjalanan Nada dan Haykal lebih banyak diisi dengan rasa
cemburu Nada tetapi tak juga dipahami oleh Haykal. Yeah, Dasar Laki. Terlebih
lagi, si Noemie ini selalu menempel di dekat Haykal. Memang sih mereka berdua
sedang mengerjakan sebuah boutique hotel di kota itu, jadi ya mungkin saja
kedekatan mereka sebatas sahabat dan rekan kerja biasa, ya kan?
Eng.. tapi
sebenarnya nggak juga sih. Soalnya, Si Noemie sama Haykal ini mesra banget
kalau jalan berdua. Nada yang makin murung tiap harinya, akhirnya patah hati,
karena Haykal tidak bisa memberi ketegasan sebenarnya apa hubungan dia dengan
Noemie.
Terus
gimana donk nasib Nada? Masa jauh-jauh ke Maroko Cuma buat ngerasain cemburu
plus patah hati?
Sama
seperti buku pertamanya, Love in Marrakech, kali ini saya puas baca Love in
Blue City. Bahasanya asyik untuk diikuti, bikin ketawa-ketawa sendiri kalau
membayangkan betapa kocak dan polosnya Nada dan penuh pedenya si Haykal. Tapi
sebenernya agak bosen juga sih karena Si Nada bawaannya sedih mulu, mungkin
karena dia memang punya karakter melankolis, mellow dan sensitive gitu kalik
ya. Makanya dia moody banget tiap ketemu Haykal dan Noemie.
Tapi di
buku ini ada Rania, dan dia dengan keceriaannya, kecuekannya, membuat cerita
suramnya Nada nggak jadi suram-suram amat lah. Malah kadang sering bikin
ngakak. Rania ini kalau beneran ada, merupakan tipe sahabat yang harus
dipertahankan. Di balik keslengeannya, dia sabar, perhatian, juga amat menjaga
Nada. Udah gitu dia juga pengertian, ada satu adegan di saat Nada bener-bener
butuh sendiri, Rania ini nggak ngganggu sama sekali. Ia memberikan privasi
sepenuhnya kepada Nada sampai yakin sahabatnya itu baik-baik saja.
Untuk latar
tempat, lumayan terbangun juga loh di buku ini. Dan bagi saya yang doyan ama
warna biru, membaca cerita berlatar blue city adalah sebuah kepuasan
tersendiri. Yah, siapa tahu suatu saat saya bisa jalan-jalan beneran ke sana. Ya kan? ((Amiiiin. Eh, amiinin doonk))
Sayang
sepertinya cerita Nada dan Haykal berakhir di sini. Tapi tetap aku tunggu
novel-novel Mba Irene berikutnyaa. :)
Be First to Post Comment !
Posting Komentar