Judul Buku
: Kerumunan Terakhir
Penulis :
Okky Madasari
Penerbit :
Gramedia Pustaka Utama
Cetakan
pertama : 2016
Tebal : 360
halaman, paperback
ISBN :
978-602-03-2543-9
Aku harus
lahir kembali Lebih dari sekadar berganti nama menjadi Matajaya
Di era yang
teknologinya makin melesat ini, manusia berlomba-lomba untuk mengejar dan
menyamai kemajuannya. Tentu saja sebagian besar dikarenakan ego kita yang tak
rela untuk kalah. Bukankah teknologi itu diciptakan oleh para manusia? Masa iya
manusia malah kalah dengan kemajuan ciptaannya?
Adalah Jayanegara, lelaki muda yang menjalani hidup biasa biasa saja. Bahkan cenderung tak beres dalam segala hal. Keluarga yang tak harmonis, bapak yang suka main wanita, ibu yang murka, kuliah yang tak kunjung sarjana. Sehari hari Jaya tak pernah memusingkan apa pencapaian atau target hidupnya. Sampai suatu hari, ibunya pergi dari rumah meninggalkan Jaya serta adik adiknya bersama Bapak yang kemudian menikah lagi. Hidup Jaya makin sumpek, rumah tak pernah menjadi labuhan yang nyaman baginya. Ia memutuskan untuk mengunjungi Maera di Jakarta, sudah sesukses apa kekasihnya itu di sana.
Maera bekerja menjadi seorang wartawan politik di sebuah koran kota. Kedatangan Jaya yang tiba tiba tak terlalu memusingkannya, Maera malah bersemangat mengenalkan Jaya kepada dunia baru, internet. Setiap Maera pergi kerja, ia akan selalu berpesan pada Jaya untuk melamar pekerjaan secara online. Tetapi setelah berbulan bulan Jaya mencoba, bukannya pekerjaan di dunia nyata yang ia temukan, ia malah asyik menjelajahi dunia baru yang ramai dan bising di internet.
Aku adalah Matajaya yang ingin membangun hidup baru di sini
Berbekal nama baru dan kemampuannya merangkai kata, Matajaya -nama barunya- menjadi sosok yang terkenal di kerumunan dunia baru. Jaya membangun identitas dan cerita baru tentang siapa dirinya tak peduli apakah itu cerita asli atau hanya fantasi belaka, toh tidak akan ada orang yang tahu atau repot repot mencari tahu.
Merasa menemukan kesenangan baru, Jaya semakin akrab dengan kerumunan kerumunannya dan abai terhadap dunia nyata. Sampai kelak ia menyadari bahwa dua dunia tersebut -nyata maupun internet- saling berkelindan dan mempengaruhi satu sama lainnya..
Buku ini sudah saya tunggu tunggu sejak lama, bahkan sampai ikut pre order segala. Tapi setelah membacanya..eng.. Saya agak kecewa. Cerita Okky memang seringnya terasa membumi, humanis, akrab dengan orang orang yang dikucilkan atau berbeda. Cerita Okky di buku ini agak berbeda, menurut saya. Konfliknya tidak berkesan. Secara garis besar ini tentang Jayanegara dan bapaknya yang bejat, dimulai dari konflik tatap muka sampai konflik yang berlangsung pula di internet. Ini lebih personal, meski memang ada tokoh tokoh sampingan yang digambarkan memiliki konflik juga dengan perihal internet dan dunianya. Tapi tokoh sampingan ini tetap saja tak membuat ceritanya menarik.
Selain itu, saya muak juga dengan ocehan ocehan Jaya yang menasihati pembaca dengan kalimat kalimat bijaknya. Saya lebih suka sebuah pelajaran akan saya temukan setelah selesai membaca sebuah kisah, bukannya malah dijejali dengan petuah petuah dan kata kata mutiara sementara jalan cerita hidupnya sang lakon garing garing aja.
Tentu saya masih akan mengoleksi cerita cerita Okky, sehingga saya pribadi berharap kelak karya beliau berikutnya akan lebih mengendap dan berkesan bagi saya. Akan ada rasa penasaran yang diam diam timbul dalam tiap konflik dan penyelesaiannya. Bukan berakhir seperti cerita Jaya dan Maera begitu saja.
Be First to Post Comment !
Posting Komentar