Judul Buku : Broken Vow
Penulis : Yuris Afrizal
Penerbit : Stiletto Book
Tebal : 270 halaman, paperback
Cetakan Pertama : Agustus 2015
ISBN : 978-6027-572-41-6
Review di Steller
Bahagia itu relatif. Tergantung
gimana lo memandang pernikahan lo. Just be happy, Darling!
Semenjak menikah dengan Dion,
Nadya selalu merasa ada yang kurang pada hidupnya. Ia tak mencintai suaminya
tersebut karena bagi Nadya menikah dengan Dion hanya untuk membungkam
pertanyaan orang-orang di sekitarnya yang selalu sibuk bertanya kapan ia
berhenti melajang. Hatinya masih terpaut pada cinta masa lalunya, Leo, yang
pergi menyisakan tanya, mengapa cinta selalu menunggu. Nadya tak mencintai Dion
sehingga ia merasa pernikahannya bagai penjara. Bagi Nadya, kehidupan rumah
tangga seharusnya seperti Amara atau Irena, memiliki keluarga yang bahagia,
harmonis dan saling mencintai.
Namun siapa sangka, Amara yang terlihat bak Cinderella karena menikah dengan pria tampan nan kaya raya, ternyata menyimpan duka dalam rumah tangganya. Sikap suaminya berubah, tak ada lagi kehangatan dalam keluarga kecil mereka. Amara curiga bahwa ada wanita lain yang hadir di hati suaminya. Dulu lelaki itu memang terkenal bak Casanova, sampai Amara datang dan menaklukkannya. Tapi kini justru Amara yang bertekuk lutut dalam pernikahan mereka. Ia menutup-nutupi pernikahannya yang tak lagi bahagia dari gossip-gosip yang terus datang melanda.
Pun layaknya Amara, kehidupan keluarga kecil Irena juga tak jauh jauh dari masalah. Suaminya diberhentikan dari kantor dan terlibat korupsi ratusan juta rupiah. Tak cukup mengorupsi uang kantor, si suami juga menghabiskan tabungan yang sedianya dibuat untuk biaya pendidikan anak-anak mereka kelak. Tentu saja Irena naik pitam, apalagi si suami terus-terusan membela diri meski sudah jelas ia bersalah. Yang lebih parah, lelaki ini sudah berani main tangan kepada Irena. Dan meskipun Irena tersiksa lahir dan batin, ia tetap berusaha mempertahankan pernikahannya. Sampai nyawanya sendiri menjadi taruhannya.
Irena, Nadya dan Amara menyimpan rahasia mereka dalam-dalam agar tidak diketahui satu sama lain. Sehingga kemudian mereka sendiri sering iri dengan apa yang tampak dari luar keluarga sahabatnya. Keluarga bahagia, keluarga kaya raya, karier sukses dan dicintai suami, selalu ada saja yang bisa dibandingkan dengan kekurangan pada diri dan keluarga masing-masing.
Sampai suatu hari semua rahasia itu terbongkar. Aib yang mereka coba tutupi malah terbuka lebar lebar. Yang lebih parah, persahabatan yang mereka jadikan pegangan selama ini kemudian terputus begitu saja. Sanggupkah mereka bertahan dalam badai yang menerpa rumah tangga masing-masing? Akankah persahabatan mereka terjalin kembali?
Saat membaca buku ini, jujur saja saya mewek membayangkan betapa sakit perasaan para tokoh utama wanita, Amara, Irena dan Nadya. Bagaimana tidak, pasangan hidup yang seharusnya dijadikan tempat bersandar, tempat pelipur lara, malah berubah menjadi neraka. Belum lagi kalau membayangkan duka yang dialami anak-anak mereka, duh nelangsa pokoknya.
Bagi saya, buku yang bagus adalah buku yang seperti ini. Alurnya cepat, pandai memainkan emosi pembaca, serta penyelesaiannya tidak terlalu terburu-buru. Terlebih tokoh-tokoh dalam cerita digambarkan tak ada yang sempurna, keluarga yang diidam-idamkan satu sama lain ternyata menyimpan lukanya sendiri sendiri.
Amara yang terlihat kuat dari
luar ternyata malah amat rapuh. Ia bertahan dalam depresinya sendirian,
sementara keluarganya tidak banyak membantu. Mertuanya malah tidak mendukung
pilihan yang ia lakukan sekalipun itu demi kebahagiannya sendiri. Bukankah
setiap kita berhak untuk bahagia?
Irena yang sebenarnya mampu
untuk mandiri malah terus menggantungkan diri dan keluarganya kepada suaminya
yang jelas-jelas tak dapat lagi diandalkan. Sekalipun orang tua Irena mendukung
Irena untuk lepas dari pengaruh buruk suaminya, Irena tetap memasang ilusi
bahwa kelak keluarganya akan bisa utuh seperti dulu lagi. Dari kisah Irena pula
saya menyadari betapa pribadi seseorang yang sebenarnya dapat muncul ketika ia
benar-benar berada dalam tekanan.
Kisah Nadya mungkin yang terlihat
sederhana dalam buku ini. Ia tak lagi mendapatkan kepercayaan dari orang yang
mencintainya, meskipun saat itu ia mengatakan hal yang sesungguhnya. Betapa
kita sering abai tentang masalah kepercayaan ini. Bisa jadi karena kita sudah
terbiasa dipercaya, lalu kita khianat, eh begitu kita menceritakan sebuah hal
yang sebenarnya.. kita tak lagi dipercaya. Semacam pepatah karena nila setitik
rusak susu sebelanga. Demikian pula dengan Nadya, karena ia jelas-jelas
menunjukkan rasa cintanya yang masih tersisa kepada Leo bukan kepada Dion-suaminya-,
ia tak lagi dipercaya oleh Dion.
Tentu saya sedikit tertohok juga
saat membaca buku ini. Betapa sering saya iri dengan apa yang telah dimiliki
orang lain, betapa saya tak pernah puas dengan apa yang sudah saya dapatkan,
yang sudah saya miliki. Padahal bisa jadi seperti di kisah ini, yang terlihat
sempurna di mata kita malah menyimpan keburukan lebih banyak dari yang kita
punya.
Pada akhirnya, buku ini mengajarkan kita untuk bersyukur. Juga mempercayai peran dan kesetiaan sahabat, meski dalam kondisi terburuk apapun. Saling hadir, saling mendukung satu sama lain adalah sesuatu yang amat berharga yang bisa diberikan oleh sahabat. Seberapapun besarnya gengsi dan rasa iri kita, yakinlah bahwa persahabatan jauh lebih berarti daripada itu semua. Buku ini juga mengajarkan bahwa ada janji-janji yang bisa diperbaiki lagi ketika ia dilanggar, namun beberapa janji tak pernah bisa kembali seperti dulu lagi. Ada yang harus direlakan demi kebahagiaan kita di masa depan.
Be First to Post Comment !
Posting Komentar