Posting Bareng
bulan April ini bertema anak-anak dan literature. Nah, karena saya tidak sedang
membaca buku anak, plus saya juga sebenernya kepo gimana sih rasanya jadi
pustakawan di sekolah tempat anak-anak ngumpul. Apakah mereka beneran membaca
buku di sana? Buku kayak apa sih yang dipinjem? Terus berisik banget ngga sih
kalau mereka lagi baca gitu? Atau mereka juga taat peraturan dengan menciptakan
perpustakaan yang hening dan senyap?
Yuk, simak
obrolan saya dengan Mbak SylNamira yang merupakan seorang pustakawan.
Halo Mba Syl,
kenalan dulu donk. Sudah berapa lama kerja di perpustakaan?
Kerja di perpustakaan sudah 19 tahun. Wuih lama juga ya? (Ini harusnya komen saya, mbaaak)
Pertama dulu kerja di perpustakaan SMP JIS, sekarang di Perpus SD Mentari
School Bintaro.
Perpus
Sekolah tempat mba Syl bekerja, dapat diakses semua anak atau hanya kelas
tertentu saja?
Dapat diakses semua anak yang menjadi siswa di sekolah ini.
Bagaimana
tata cara peminjamannya? Apakah tiap kelas dijadwal pada hari tertentu atau
bebas?
Untuk prosedur peminjaman, setiap anak boleh meminjam 2 buku
selama satu minggu. Setiap minggu mereka punya jadwal untuk pinjam buku, namun
dipersilahkan datang di luar jadwal juga. (whoaa senangnya seminggu boleh dua buku. Aku inget dulu waktu SD cuma boleh pinjem satu buku tiap hari Jumat di perpus sekolah)
Paling sering
anak-anak minjem buku tentang apa mba, yang ada gambarnya atau malah novel
gitu?
Karena masih di level SD, beda-beda ya. Kalau kelas 1-2,
mereka memang diperbolehkannya pinjam buku cerita bergambar. Baru setelah kelas
3-4 mereka pinjam chapter book (novel tipis yang masih ada gambarnya), kemudian
kelas 5-6 baru pinjam novel yang agak beratan, tanpa gambar.
Biasanya
peminjaman meningkat ngga mbak kalau di akhir pekan?
Karena setiap kelas ada jadwal peminjaman sendiri, tingkat
peminjaman standard saja, tidak ada lonjakan khusus kalau weekend.
Saya pernah
melihat perpustakaan tempat mba Syl bekerja, rasanya cozy banget, pasti banyak
anak anak yang betah di situ ya?
Iya, mereka memang betah banget, sampai-sampai lupa kalau
itu di perpus. Jadi ngobrolnya sambil berisik. Euuhh!! (Penasaran sama fotonya? Nanti saya kasih tahu di akhir post ya!)
Apa
kesulitannya meminjamkan buku kepada anak anak? Apakah mereka sering melanggar
lama waktu peminjaman, misalnya, atau yang lain gitu?
Kalau telat balikin tuh sering banget! Makanya kami punya
kebijakan mengirimkan overdue notice ke siswa tiap 2 minggu sekali. Itu pun
masih aja ada yang telat balikin, bahkan sampai 90 hari. Untuk anak-anak kecil,
kendalanya suka rusak, biasanya kesiram air yang tutup botolnya nggak rapat,
atau sobek, gitu-gitu deh. (Hahahahhh.. Aku tahu perasaanmu, Mbak..*mandangi halaman buku bocah yang keriting ketumpahan air*) Tentu ada konsekuensinya. Mereka harus mengganti
buku yang hilang/rusak untuk pembelajaran tanggung jawab juga, kan? (Betul betuul!)
Jadi petugas
perpus anak menyenangkan ngga sih mba? Tiap hari harus menata ulang buku?
Menyenangkan sih kalau anak-anaknya banyak yang pinjam kan
berarti koleksi terpakai dengan maksimal ya. Soal menata ulang atau
mengembalikan buku yang dibaca anak ke rak kembali sih memang sudah jadi
makanan sehari-hari. Tiap pagi dan sore jelang pulang kami melakukan itu. (Saya
dibantu seorang asisten)
Menurut mba
Syl, sudah ngga nyari buku anak lokal di Indonesia? Atau lebih gampang nyari
yang terjemahan?
Buku anak lokal sebenarnya gampang aja dicari. Kalau rajin
ke toko buku kan banyak tuh dijual. Atau biasanya saya cari di internet, beli
lewat online saja karena kendala waktu. Kadang juga banyak penerbit yang
menawarkan buku mereka dengan mengirimkan katalog atau sampel buku, itu
memudahkan dalam mencari buku untuk koleksi.
Gimana
pendapat mba Syl tentang pentingnya akses perpustakaan bagi anak anak?
Sangat penting dan harus dikenalkan sejak dini. Karena
kemampuan mengakses perpus itu salah satu life skill yang perlu dimiliki setiap
orang. Bayangkan dengan banyaknya informasi yang bertebaran, berupa buku,
artikel, dan lainnya, sangat disayangkan jika tidak bisa diakses hanya karena
ketidaktahuan mereka bagaimana caranya. Oleh karenanya, sebaiknya ilmu dasar
pengenalan perpustakaan diberikan sejak usia dini. Sebab perpustakaan di mana
pun berada, susunannya sama, kan? Kita menggunakan standard yang sama, yaitu
alphabetic dan DDC.
FYI, DDC ini adalah Dewey
Decimal Classification.
Ada
sepuluh kelas utama dalam klasifikasi Dewey. Sepuluh kelas tersebut dibagi lagi
kepada 10 bagian; yang lalu bisa dibagi lagi kepada 10 bagian.
Sepuluh
kelas utama tersebut adalah:
- 000 Komputer, informasi dan referensi umum
- 100 Filsafat dan psikologi
- 200 Agama
- 300 Ilmu sosial
- 400 Bahasa
- 500 Sains dan matematika
- 600 Teknologi
- 700 Kesenian dan rekreasi
- 800 Sastra
- 900 Sejarah dan geografi
Oke, sebagai penutup wawancara yang singkat ini, adakah
rekomendasi buku untuk anak SD? Yang paling laris di perpus misalnya :)
Diary of a wimpy kid, Geronimo
stilton, Goosebumps, Captain underpants
Sama buku nonfiksi Seri 'Who was' --> ini laku banget! Sampai jarang ada di
library karena dipinjam terus :D
Sip sip, sekarang jadi punya rekomendasi deh buat nambah koleksi si kakak di rumah. Barangkali dia juga akan suka XD
Terima kasih udah mau ngobrol, Mba Syl!
PS. Buat yang penasaran, ini sekilas jepretan Mba Syl di perpustakaannya. Nyaman banget kan ya... :)
*jadi pingin SD Lagi*
Waahh, tayang juga. Sip2, keren banget emak yang satu ini.
BalasHapusseru banget ya perpusnya, cocok banget buat anak-anak /yaiyalah
BalasHapusKalo perpusnya gitu sih aku juga betaaaaaah!!! :D
BalasHapusDuh.. seandainya perpus di sekolah dulu begini bentuknya hahaha. xD
wah, memang perpus harus yang naman dan bikin enak membaca ya, dan pustakawannya harus sering update buku baru atau yg terbarukan dan bikin acara yang bisa bikin perpus ramai
BalasHapusseruuuu... asik ya sepertinya kerja di perpustakaan anak XD tapi ya itu, kalo ketemu yg suka berisik atau rusakin buku bete juga... duh, jadi inget buku perpusnya yofel minggu lalu belum dibaca XD
BalasHapus