Judul Buku
: The Silkworm – Ulat Sutra
Penulis :
Robert Galbraith
Alih Bahasa
: Siska Yuanita dan Aan Mansyur
Cetakan
Pertama : 2014
Penerbit :
Gramedia Pustaka Utama
Tebal : 536
halaman, baca di IJak
ISBN :
978-602-03-0981-1
Nama Saya Cormoran Strike, dan saya Detektif Partikelir
Tidak dapat
saya sangkal lagi, Cormoran telah mencuri perhatian saya dalam dua hari ini.
Berlanjut ke sekuelnya, The Silkworm, saya menemukan sebuah kasus baru yang
seru sekaligus menjijikkan untuk diselidiki.
Cormoran tidak dalam keadaan sehat ketika ia memutuskan untuk menerima kedatangan Leonora. Wanita itu meminta Cormoran untuk menemukan suaminya yang telah 10 hari hilang. Owen, suaminya tersebut, adalah seorang penulis egois, besar kepala dan tinggi hati. Kabarnya Owen baru saja menyelesaikan satu naskah terbaiknya yang diberi judul Bombyx Mori, ulat sutra. Wanita itu tak mau melaporkan kepada polisi karena Owen pernah kabur dari rumah selama berhari-hari dan setelah Leonora lapor ke Polisi, ternyata bajingan itu sedang bermalam di rumah simpanannya.
Naskah yang ditulis Owen ternyata mengandung banyak bibit bibit permusuhan, karena di dalamnya ia membeberkan aib dari orang orang terdekatnya. Agennya, saingannya, editor dan bahkan istrinya juga menjadi tokoh dalam cerita tersebut yang penuh fantasi, erotis dan sadis.
Singkat cerita, ketika Owen ditemukan, ia sudah tidak bernyawa. Meskipun penyelidikan semakin intens, tetapi Cormoran yakin bahwa Owen dibunuh oleh salah seorang yang diceritakan di dalam buku tersebut. Tapi siapa dan apa motifnya?
Membaca buku ini membuat saya gugup karena mual sekaligus penasaran. Mungkin tidak ada bedanya dengan Robin yang makin lama makin akrab sebagai partner Cormoran. Menggali kemungkinan hubungan hubungan yang terjadi di sekeliling Owen. Mencari bukti atau petunjuk apapun yang dapat menjelaskan kasus pelik ini. Tetapi tiap mencarinya, mau tak mau akan selalu terbayang kisah Bombyx yang menjijikkan serta mayat Owen yang ditemukan.
Karakter Cormoran masih seperti buku pertama, terkadang menyebalkan sekaligus menyedihkan. Sejujurnya sih saya bosan dengan Cormoran yang susah banget move on dari mantannya. Hal ini sekaligus membuat saya penasaran, mengapa repot repot menceritakan kisah Cormoran dengan Charlotte? Apakah ada sesuatu yang akan menjadi kejutan dan berhubungan dengan kisah mereka dalam buku berikutnya?
Untuk saya sendiri sih, Silkworm ini penuh intrik dan hubungan antartokoh jauh lebih kompleks daripada buku pertama. JK Rowling juga tak segan segan menghadirkan banyak sekali tokoh dalam buku ini. Yang sejujurnya hampir membuat saya pening karena kali ini saya agak abai dengan penampilan fisik tokoh, saya hanya mencoba menghafalkan namanya saja. Yeah, mungkin di buku berikutnya saya akan lebih teliti dalam membayangkan rupa tokoh tokoh dalam buku ini.
Yah, jadi.. Saya tak sabar menunggu buku ketiganya!
Be First to Post Comment !
Posting Komentar