Judul Buku
: The Cuckoo’s Calling – Dekut Burung Kukuk
Penulis :
Robert Galbraith
Alih Bahasa
: Siska Yuanita
Penerbit :
Gramedia Pustaka Utama
Cetakan
pertama : 2014
Tebal : 520
halaman, baca di IJak (tapi punya buku cetaknya kok, beneran.)
ISBN :
978-602-03-0062-7
Bagaimana
saya mengawali review ini? Berhubung buku ini sudah lama dan sudah banyak
banget reviewnya, maka sayaakan bercerita singkat saja.
Tapi toh di setiap kemalangan, akan selalu ada keberuntungan yang datang. Seorang Klien mengunjungi kantor Cormoran dan memintanya menyelidiki kasus kematian adiknya, Lula Landry, seorang model yang cantik dan berada di puncak kariernya ketika suatu malam Lula jatuh dari flatnya. Penyelidikan polisi bermuara pada kasus bunuh diri, apalagi Lula memiliki masalah psikologis. Tetapi si Kakak, John, tak begitu saja percaya. Ia yakin ada orang yang membunuh Lula.
Terdorong rasa simpati karena ternyata Cormoran mengenal keluarga mereka, serta dorongan kebutuhan akan uang untuk menutupi utang utangnya, penyelidikan pun dimulai. Sebagai detektif swasta, Cormoran memiliki cukup banyak "teman" yang membantunya mencarikan info dalam hal mengusut kematian Lula.
Benarkah kematian Lula akibat bunuh diri? Jika bukan, lalu siapa yang membunuh gadis itu?
Awalnya sih saya bosan minta ampun membaca buku ini. Sampai tiga hari, saya hanya sanggup membaca setengah buku. Tetapi ternyata dalam waktu 3 jam kemudian, buku ini selesai saya baca. Pokoknya setelah melalui tahap tahap yang melelahkan itu, ketegangan mulai terbangun dan klimaksnya cukup mengejutkan.
Saya sendiri merasa bahwa buku ini lebih menceritakan Cormoran alih alih tentang Lula. Karakter Cormoran dibangun dan dikisahkan dengan rinci, mulai dari fisik hingga kelakuannya yang kadang menyebalkan sekaligus mengundang kasihan. JK Rowling memang piawai membangun sifat sifat tokoh secara implisit, terutama melalui kegiatan, cara berpikir hingga cara berbicara tokoh tersebut. Padahal tokoh di buku ini lumayan banyak, dan saya sering lupa menghafalkan nama kalau ada terlalu banyak karakter di dalam satu buku. Tapi dengan mudahnya saya mengingat satu demi satu tokoh tokohnya. Tony yang arogan, Alison yang penjilat, Cormoran yang keras kepala, Robin yang penuh percaya diri, bahkan sebelum tokoh Yvette muncul, saya bisa membayangkan seperti apa sosoknya yang egois dan amat menyayangi anak anaknya, hanya berbekal deksripsi dan percakapan antartokoh lainnya.
Yah, tentu saja saya akan melanjutkan membaca buku berikutnya, karena saya tak sabar kasus apalagi yang akan dihadapi Cormoran?
Cormoran
Strike sedang berada di bagian paling sial dalam hidupnya ketika ia memutuskan
kekasihnya. Tak punya tempat tinggal, utang yang menggunung, tak ada klien yang
menjanjikan sampai ancaman pembunuhan membuat Cormoran hampir putus asa.
Terlebih setelah ada seorang sekretaris temporer, Robin, yang mulai bekerja di
kantornya.
Tapi toh di setiap kemalangan, akan selalu ada keberuntungan yang datang. Seorang Klien mengunjungi kantor Cormoran dan memintanya menyelidiki kasus kematian adiknya, Lula Landry, seorang model yang cantik dan berada di puncak kariernya ketika suatu malam Lula jatuh dari flatnya. Penyelidikan polisi bermuara pada kasus bunuh diri, apalagi Lula memiliki masalah psikologis. Tetapi si Kakak, John, tak begitu saja percaya. Ia yakin ada orang yang membunuh Lula.
Terdorong rasa simpati karena ternyata Cormoran mengenal keluarga mereka, serta dorongan kebutuhan akan uang untuk menutupi utang utangnya, penyelidikan pun dimulai. Sebagai detektif swasta, Cormoran memiliki cukup banyak "teman" yang membantunya mencarikan info dalam hal mengusut kematian Lula.
Benarkah kematian Lula akibat bunuh diri? Jika bukan, lalu siapa yang membunuh gadis itu?
Awalnya sih saya bosan minta ampun membaca buku ini. Sampai tiga hari, saya hanya sanggup membaca setengah buku. Tetapi ternyata dalam waktu 3 jam kemudian, buku ini selesai saya baca. Pokoknya setelah melalui tahap tahap yang melelahkan itu, ketegangan mulai terbangun dan klimaksnya cukup mengejutkan.
Saya sendiri merasa bahwa buku ini lebih menceritakan Cormoran alih alih tentang Lula. Karakter Cormoran dibangun dan dikisahkan dengan rinci, mulai dari fisik hingga kelakuannya yang kadang menyebalkan sekaligus mengundang kasihan. JK Rowling memang piawai membangun sifat sifat tokoh secara implisit, terutama melalui kegiatan, cara berpikir hingga cara berbicara tokoh tersebut. Padahal tokoh di buku ini lumayan banyak, dan saya sering lupa menghafalkan nama kalau ada terlalu banyak karakter di dalam satu buku. Tapi dengan mudahnya saya mengingat satu demi satu tokoh tokohnya. Tony yang arogan, Alison yang penjilat, Cormoran yang keras kepala, Robin yang penuh percaya diri, bahkan sebelum tokoh Yvette muncul, saya bisa membayangkan seperti apa sosoknya yang egois dan amat menyayangi anak anaknya, hanya berbekal deksripsi dan percakapan antartokoh lainnya.
Yah, tentu saja saya akan melanjutkan membaca buku berikutnya, karena saya tak sabar kasus apalagi yang akan dihadapi Cormoran?
Be First to Post Comment !
Posting Komentar