Judul Buku
: Alias
Penulis :
Ruwi Meita
Editor :
Mahir Pradana
Penerbit :
Rak Buku
Tebal : 236
halaman, paperback
ISBN :
978602-732-301-8
Aku di dalammu. Kau di dalamku. Datanglah lebih rapat dalam gelap dan kamu akan melihatku.
Jeruk
Marsala adalah seorang penulis fiksi roman yang terkenal. 3 novelnya telah
diadaptasi menjadi film dan ia sedang menulis novel ketujuh. Popularitasnya
menanjak, fansnya banyak dan hidupnya berjalan baik baik saja.
Diam diam, Jeruk membuat novel bergenre horor dengan nama samaran, Rinai. Siapa sangka ternyata novel horornya juga melejit di pasar, bahkan menggeser ketenaran asli Jeruk. Tentu saja Jeruk berbangga hati, tapi dia masih bersikeras untuk tidak menampakkan siapa Rinai sebenarnya ke khalayak umum. Semua urusan naskah dan penerbitan diurus oleh sahabat Jeruk yang bernama Darla. Sebagai teman yang baik dan loyal, Darla senang senang saja membantu Jeruk, apalagi memang mereka berteman sejak kecil.
Tetapi akhir akhir ini ada kejadian yang tidak mengenakkan hati Jeruk maupun Darla. Ada adegan adegan pembunuhan di dalam novel yang benar benar berubah menjadi nyata. Orang orang yang mati itu memiliki ciri dan cara kematian yang sama persis dengan yang Jeruk tulis di dalam novel horornya. Pembaca mulai berspekulasi apa sebab novel Rinai malah menjadi pembunuhan berantai beneran. Meski Jeruk mencoba mengabaikan fakta ini, lama kelamaan ia terteror juga, apalagi karena polisi juga mulai mengulik misteri siapa sebenarnya Rinai dan mengapa ia tidak mau tampil ke publik.
Yang lebih seram, ternyata tokoh Rinai yang digunakan Jeruk sebagai alias, benar benar nyata.
Nah kan, bagaimana parnonya kalau tulisan horor yang kamu tulis berubah jadi nyata, dan tokoh alias yang kamu gunakan benar benar hidup?
Novel ini memberikan ketegangan dan rasa penasaran bagi pembacanya. Sebenarnya
saya berharap menemukan kejutan kejutan yang berhubungan lebih dalam dengan
Jeruk dan Rinai, tapi ternyata yang ada di buku ini masih belum memuaskan saya.
Ceritanya memang cenderung mistis dan ringan untuk dinikmati. Karakter tokoh
tokoh dalam cerita juga kurang digali lebih dalam, sehingga saya kurang
terkesan dengan mereka. Yang membedakan jelas mungkin dari ciri fisik, seperti
Darla yang gothik, Alan yang flamboyan, Eru yang tinggi dan memiliki tahi lalat
di wajahnya (yang entah sudah berapa kali disebutkan di dalam cerita) serta
Jeruk yang manis.
Yang saya suka dari buku ini sebenarnya adalah ide ceritanya. Mungkin penulis sudah pernah membaca tentang alter ego atau orang dengan kepribadian ganda, dan memang beberapa novel yang sudah terbit lebih sering menggunakan dua hal tersebut jika berhubungan dengan alias. Mungkin itu pula yang membuat penulis menambahkan bumbu mistis ke dalam ramuan ceritanya, sehingga tampil berbeda. (Iya ini berbagai kemungkinan aja sih, belum sempat tanya ke penulisnya langsung XD)
Tapi jadinya bukunya terlalu tipis, masih kurang nendang buat saya. Ada beberapa bagian cerita yang bolong alurnya, seperti saat Eru memakan arum manis di lapangan. Kenapa tiba tiba dia ada di situ? Latarnya juga agak membingungkan, apakah itu masih di rumahnya atau sudah kembali ke Jogja ke tempat neneknya Jeruk? Penyelesaian ceritanya juga terlalu singkat, padahal pembangunan konflik antara Jeruk dan Rinai sudah membuat penasaran pembaca.
Secara keseluruhan saya cukup menikmati novel ini, tapi saya lebih suka misteri Patung Garam yang penuh intrik dan kocak daripada Alias yang suram. Eits, ini selera pribadi sih ya. Bisa jadi pembaca lainnya lebih suka novel ini daripada si Kampret rebus :))
Terima kasih atas kesempatan mereviewnya, Mbak Ruwi, semoga makin berhasil meramu sebuah novel gothik berikutnya kelak.
Jangan lupa ikutin Giveawaynya ya, kalau kamu penasaran sama Jeruk dan Rinai. Nih, simak daftar bloghostnya :)
Sudah ikutan giveaway-nya, semoga saya bisa menang. :D
BalasHapus