Judul Buku
: The Book Club – Kisah Lima Wanita
Penulis :
Mary Alice Monroe
Penerbit :
Violet Books
Cetakan
Pertama : Oktober 2014
Tebal : 453
halaman, baca di Ijak
Persahabatan memang mudah saat hidup berjalan lancar. Yang sulit adalah untuk tetap menyertai sahabatmu saat hidup penuh tantangan
Eve baru
saja kehilangan suaminya yang meninggal karena serangan jantung ketika mengisi
sebuah seminar di luar kota. Semuanya begitu tiba tiba. Eve bahkan menyesalkan
pertemuan terakhir mereka yang dingin dan angkuh. Tak ada kecupan mesra atau
ungkapan rasa sayang. Dan setelah melalui bulan bulan yang menyedihkan,
terpuruk dalam kehilangan dan keputus asaan, dengan dukungan dari teman
temannya di Klub membaca, Eve bangkit dan mulai menata hidupnya bersama dua
orang anaknya.
Sementara itu Annie, yang juga termasuk dalam klub membaca, sedang mengusahakan kehamilan di usianya yang sudah 40an. Segala usaha ia tempuh agar ia dapat hamil. Tentu saja teman temannya mendukung dengan penuh kasih sayang. Tapi ternyata justru pernikahan Annie yang mulai sekarat. Tak ada lagi gairah cinta dalam rumah tangganya, sebab suaminya berubah menjadi pendiam dan mengeluhkan kelakuan Annie yang egois.
Buku ini berkisah tentang lima wanita yang membentuk klub membaca bersama sama. Akan ada satu judul buku yang dibaca bersama dalam jangka waktu tertentu, kemudian mereka akan mengadakan pertemuan untuk membahas buku tersebut. Madame Bovary dan Moby Dick adalah beberapa contoh buku yang mereka baca bersama sama. Lima wanita yang memiliki masalah pribadi masing-masing, tetapi mereka mendapatkan dukungan sepenuhnya satu sama lain. Selain Eve dan Annie, ada Doris yang bermasalah dengan suaminya, Gabriella yang harus bekerja keras karena suaminya baru saja diPHK, dan Midge yang tidak pernah akur dengan ibunya.
Hal yang paling saya sukai dari cerita di buku ini adalah bagaimana persahabatan mereka benar benar jujur dan apa adanya. Ketika seorang sahabat depresi dan terpuruk, yang lain menguatkan tak hanya dengan kata kata manis tetapi juga dengan pengungkapan kenyataan meski itu menyakitkan. Di saat lain, mereka benar benar membantu saat dibutuhkan. Seperti saat Eve pindah rumah, mereka membantu menata perabotan sambik membawakan makanan untuk disantap tanpa perlu dimintai tolong. Juga saat Annie mengalami flek, mereka menjaga dan mendukung Annie agar tidak melakukan kegiatan berat ataupun kecapekan.
Masing masing tokoh juga memiliki karakter yang khas. Annie yang teguh pendirian dan keras kepala, Gabriella yang lembut dan berhati tegar, Doris yang penyayang, Eve yang rapuh, serta Midge yang mandiri membuat cerita jadi nggak ngebosenin dan malah melengkapi satu sama lain.
Meski tentu saja novel ini isinya drama yang terjadi seputar rumah tangga, tapi saya jadi setengah berharap dan membayangkan, pasti menyenangkan memiliki sahabat seperti mereka. Tempat kita bisa bercerita apa adanya tanpa takut dihakimi, apalagi dipandang sebelah mata.
Be First to Post Comment !
Posting Komentar