Judul Buku : Pay It Forward
Penulis : Emma Grace
Penerbit : Gramedia Pustaka
Utama
Cetakan pertama : April 2015
Tebal : 256 halaman, dibaca di IJak
ISBN : 9786020315010
Bukan cinta yang membawa kamu pada kesepian, pad anasib buruk sehingga kamu tak pernah bisa mengingat sosok Mamadan tak akan mungkin bertemu dengannya lagi.
Sebenarnya Gitta jarang sekali
memberikan komentar di status orang di media sosial. Tapi kali itu, entah apa
yang menggerakkan Gitta untuk turut serta dalam lingkaran permainan Pay It
Forward. Permainan ini sederhana, kamu hanya perlu berkomentar dalam sebuah
status tertentu untuk menyetujui ikut dalam permainan. Nanti si pemilik status
akan memilih 3 orang untuk ia beri sebuah hadiah atau kebaikan, kelak 3 orang
tersebut juga harus mengupload status yang serupa dan memilih 3 orang lainnya
untuk melakukan hal yang sama. Ini seperti rantai kebaikan yang tak terputus,
terus sambung menyambung.
Ketika Gitta mengupload status yang serupa, tiga orang temannya turut serta dalam lingkaran Pay It Forward ini. Dua di antaranya perempuan dan satunya lagi adalah laki-laki, namanya Tedjas, orang yang dulu pernah hampir saja membuat Gitta dan grupnya terancam gagal dari masa orientasi.
Seperti yang sudah ia tebak, Tedjas satu satunya yang tak merespon pesan Gitta. Hal terbaik yang bisa Gitta lakukan adalah bicara kepadanya dan mendepak lelaki itu keluar dari lingkaran permainan. Namun ternyata tak semudah itu, saat Gitta kemudian mengetahui rahasia Tedjas, saat ia kemudian jatuh cinta kepadanya..
Sementara itu, Gitta juga tak sengaja mengetahui bahwa ayahnya yang selama ini ia percayai ternyata telah membohonginya tentang satu hal penting yang selama ini sering Gitta pertanyakan, yaitu tentang mamanya.
Ini novel pertama Emma, tetapi
merupakan novel kedua yang saya baca. Saya suka bagaimana Emma menyisipkan
konflik keluarga dalam setiap novelnya. Seperti ReWrite, di Pay It Forward juga
memiliki konflik anak-ayah yang rumit. Tapi Emma mampu menjabarkan semuanya
dengan asyik dan mudah diikuti. Konfliknya dibangun dan dieksekusi dengan baik,
sehingga pembaca seakan turut merasakan betapa sebalnya Gitta terhadap ayahnya,
tetapi juga merasa betapa besar kasih sayang si Ayah dengan anaknya.
Yang agak nggak saya suka adalah konflik Gitta dan Tedjas menjelang ending. Terlalu mendadak kalik ya, apalagi dari awal sampai pertengahan sebenarnya yang dibahas masalah keluarga Gitta maupun Tedjas. Kenapa nggak dua duanya berantem karena si ibu ngga setuju atau si Tedjas ngga ngerasa layak gitu sama Gitta? (Iya ini sinteron abis sih. Oke. Abaikan.)
Tapi secara keseluruhan saya suka ceritanya! Sebuah cerita yang hangat tentang keluarga dan cinta.
Be First to Post Comment !
Posting Komentar