Judul Buku
: Cameo Revenge
Penulis : Yudhi
Herwibowo dan Ary Yulistiana
Penerbit : Grasindo
Cetakan
pertama : Oktober 2015
Tebal : 236
halaman, paperback
ISBN :
978-602-37520-7-2
Aku merasa semuanya terjadi terlalu cepat
Setelah
event July Challenge berakhir, karir grup band Cameo semakin melejit. Mereka
diundang dan diwawancara di berbagai media, lagu hitsnya yang berjudul July
Lullaby juga dikenal dan disenandungkan oleh banyak orang. Angin malam, Aui, Q
dan Jarra terkejut atas kemenangan dan euphoria yang mendadak tersebut. Karena
sebenarnya tujuan awal pembentukan band Cameo hanya untuk memenangkan hadiah
utama sebesar seratus juta rupiah, tidak lebih. Siapa sangka ketenaran mereka
justru membuat semuanya makin kacau. Masa lalu yang kelam malah terungkap,
kepopuleran justru harus dihargai dengan nyawa.
Sementara
itu runner up July Challenge, grup band Revenge, memiliki masalah mereka
sendiri. Saira, sang vokalis, amat tak puas dengan kemenangan mereka yang hanya
berada di peringkat kedua. Ambisinya dari awal adalah memnangkan event tersebut
dan menjadikan Revenge sebuah grup band yang jauh lebih terkenal daripada
sebelumnya. Sayangnya para anggota band lainnya tidak terlalu peka dengan hal
ini, sehingga Saira merasa makin kecewa. Pikirnya, jalan terbaik adalah
membubarkan Revenge. Tapi benarkah demikian?
Pemilihan
tema novel ini memang unik, tentang persaingan di dunia musik serta intrik yang
mengelilinginya. Tapi secara keseluruhan saya kurang puas sih dengan kisah
mereka. Mungkin karena terlalu singkat sehingga banyak kejadian yang tiba-tiba.
Di Cameo saya cukup menikmati kisah personilnya, tetapi Cameo ini sebenarnya
berpotensi menjadi sebuah kisah thriller sih kalau mau dikembangkan lagi sama
penulisnya. Pemilihan nama tokohnya unik, cara berceritanya juga pelan dan
kalem khas Mas Yudhi. Romansanya tetap ada meski sekilas, singkat mengalir dan
padat.
Revenge
sendiri bagi saya pribadi, mau tak mau jadi terbayang film seri berjudul serupa.
Tokoh Saira digambarkan sebagai wanita muda yang enerjik, cantik dan menawan,
yang kemudian membuat saya terbayang baying lagi dengan sosok Amanda (tokoh di
film). Jalan ceritanya berbeda dan sebenarnya lebih bikin gemes sih, karena
diceritakan dari sudut pandang yang berbeda-beda yaitu para personilnya. Ketika
saya membaca cerita dari sudut pandang tokoh yang berbeda, saya berharap ada
ciri khas yang membedakan mereka. Ini yang belum nampak pada cerita Revenge, yaa
mungkin karena halamannya terbatas. Tapi saya jadi cenderung monoton saat
membacanya, seakan diceritakan dari satu sudut pandang. Padahal cerita antara
tokoh satu dengan yang lain saling berkelanjutan.
Tapi tentu
saja buku ini memberikan nuansa baru dalam cerita novel Indonesia,
jarang-jarang kana da yang mengangkat music sebagai tema cerita :)
Be First to Post Comment !
Posting Komentar