Judul Buku
: Lara
Penulis :
Sybill Affiat
Penerbit : Stiletto Book
Cetakan
Pertama : April 2015
Tebal : 238
halaman
ISBN :
978-602-7572-38-6
Namaku Larashinta. Panggil aku Lara. Aku anak bungsu dari dua bersaudara.
Keluarga
Lara tak pernah bangkit dari rasa kehilangan ayah mereka meski itu terjadi
bertahun tahun lalu. Ibunya yang amat kehilangan malah jadi menutup diri dan
lupa untuk menyayangi dua anaknya yang masih kecil. Sejak itu Lara dan Saras
tak hanya kehilangan ayah mereka selama lamanya, tetapi juga kehilangan kasih
sayang dan perhatian seorang ibu. Kakak adik ini kemudian saling menyayangi dan
menjaga satu sama lain. Pun meski Saras harus melanjutkan studinya di Singapura
sedangkan Lara meneruskan kuliahnya di Indonesia. Jarak tak jadi masalah bagi
komunikasi mereka.
Tetapi sebaik baiknya mereka menjaga satu sama lain, tetap saja hidup mereka hampa tanpa kasih sayang orang tua. Setelah sekian cara dicoba untuk mendapatkan hati Sang Ibu kembali, akhirnya Saras dan Lara menyerah dan berubah menjadi antipati terhadap ibu mereka.
Kisah ini diceritakan ketika Lara merasa ada yang tidak beres dengan Saras, juga dengan orang orang di sekitarnya. Dengan alur maju mundur, pembaca akan disuguhi cerita-cerita masa lalu Lara yang kelak berhubungan dengan misteri yang dihadapi Lara. Apa yang sebenarnya terjadi pada Saras? Mengapa Lara terus menerus memimpikan masa lalu?
Aku sering bertanya, mengapa semua kebahagiaan dituangkan di awal kalau kemudian harus sirna?
Seperti yang sudah-sudah, saya memang selalu penasaran sama cerita cerita yang suasananya suram. Suram dalam hal ini tentu saja diimbangi dengan rasa penasaran sekaligus perasaan yang campur aduk mengenai tokoh atau jalan ceritanya. Seperti novel Lara ini, yang menyedot rasa penasaran saya sampai-sampai saya selesai membacanya hanya dalam semalam saja. Saya rasa, Lara bukanlah tokoh utama yang menarik jika saja penulis mengemasnya dalam cerita yang berbeda. Sifatnya tertutup dan cenderung mengabaikan saran positif dari orang orang terdekatnya. Lara keras kepala yang makin parah saat ia jatuh cinta dengan orang yang salah. Dan Lara selalu mengasihani dirinya sendiri sambil menyalahkan ibunya atas kehidupan yang ia jalani.
Meski suram, tapi cerita ini membangkitkan rasa penasaran saya yang makin tajam seiring cerita demi cerita berlalu. Pembaca seperti disuguhi titik titik penting untuk kemudian dihubungkan dan mendapatkan jawaban atas misteri yang dihadapi Lara.
Sebenarnya sejak awal kalau pembaca jeli, kita pikir kita akan bisa menebak ending cerita. Tetapi tetap saja ada twist yang membuat saya cukup kaget berkenaan dengan akhir ceritanya.
Selain itu, karena alur yang digunakan adalah alur maju mundur, penulis perlu berhati-hati menyusun timeline cerita. Apalagi kalau ceritanya disajikan cukup detail, termasuk hal hal yang sebenarnya "bumbu" cerita tersebut. Dalam kisah ini adalah ketidak konsistenan tentang kepindahan Dimas ke rumah neneknya di paragraf pertama halaman 54 dan halaman 57. Sebenarnya apakah Dimas pindah saat ia sekolah Menengah atau sekolah dasar, tidak terlalu saya pedulikan. Toh saya saja sudah blingsatan untuk mencoba mengikuti alur utama yang dibolak balik maju mundur. XD
Secara keseluruhan, saya suka dengan novel Lara. Penulis mampu membuat saya penasaran sampai lembar terakhir cerita. Saya sampai membayangkan, kalau novel ini difilmkan, pasti menarik. Karena selama ini novel yang difilmkan kan tak pernah jauh dari novel yang bertema romansa anak muda ataupun cinta yang terbagi dua. Berbeda dengan Lara yang misterius.
Ah jadi penasaran mau baca karya lainnya si penulis deh. XD
Duh, judulnya bikin galau. :))
BalasHapus