Judul Buku : The Food of Love
(Santapan Cinta)
Penulis : Anthony Capella
Penerjemah : Andang H Sutopo
Tebal : 504 halaman
Cetakan Pertama : Maret 2008
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
ISBN : 9789792235166
Ini buku bertema makanan yang sangat
legit yang saya baca. Butuh waktu amat lama menuntaskannya, soalnya saya sering
tergoda memilih novel lain yang temanya jauh dari roman. Tapi toh buku ini
tetap menuntut untuk diselesaikan, demi RC mba Astrid, sebenarnya.
Ceritanya tentang Tommaso yang jatuh cinta pada Laura, tapi ada Bruno juga yang diam diam menyukai Laura, seorang wanita Amerika yang sedang kuliah di Roma. Tomasso ini seorang pelayan restoran, sedangkan Bruno seorang chef yang disegani di restoran tersebut. Keduanya berteman akrab, Tommaso lah yang sejak awal membantu Bruno yang awal mula bekerja sebagai pelayan lalu ia mengambil sekolah memasak dan menjadi chef sesuai cita cita dan kemampuannya yang memang mengesankan. Sedangkan Tommaso masih saja menjadi seorang pelayan, tak naik jabatan, namun hidupnya benar benar bahagia dan dibawa nyante.
Tommaso meminta bantuan Bruno dalam pendekatannya terhadap Laura, terutama di dalam hal masakan. Tommaso akan berpura pura menghidangkan masakan miliknya meski kenyataannya masakan itu adalah hasil kerja Bruno. Benarlah dari lidah bisa saja cinta turun ke hati, Laura pun klepek klepek dengan masakan Tommaso (ala) Bruno tersebut. Bruno sendiri, cukuplah diam-diam menyukai Laura asal sahabatnya juga bahagia, apalagi ia merasa punya utang budi terhadap Tommaso.
Tidak hanya kisah cinta mereka yang diceritakan, tetapi ada juga persaingan di meja dapur koki. Atau pembalasan dendam tamu yang tidak puas dengan pelayanan di restoran tempat kerja Bruno dan Tommaso.
Secara keseluruhan, buku ini benar benar membuat saya kelaparan setiap habis membacanya. Detail cara memasak sampai hidangan yang disajikan, ditambah lagi penggambaran kenikmatan saat menyantap sajian tersebut...hah, bikin pingin nyobain juga. Deskripsi kota Roma juga ditampilkan dengan indah di buku ini, karakter orang-orangnya, kebiasaan mereka, dan bagaimana cara mereka hidup dari dan untuk seni membuat saya semakin ingin mengunjungi kota ini, suatu kali, suatu masa dalam hidup saya kelak. ((Aamiiinn)) Ada banyak istilah yang dibiarkan menggunakan bahasa aslinya di buku ini, yang membuat saya seringkali harus mencari di google, saking penasarannya. Tapi.. ngga masalah juga sih, kalau niat ya dicari, kalau lagi males ya.. abaikan saja, karena terkadang sudah dijelaskan di paragraf paragraf berikutnya.
Saya jadi penasaran juga buku buku Anthony selanjutnya, yang tentu saja sudah siap dibaca ((udah ditimbun, maksudnya)). Semoga ada semangat lagi membaca buku dia berikutnya ^^
Be First to Post Comment !
Posting Komentar