Judul Buku : Son (The Giver
Quartet #4)
Penulis : Lois Lowry
Tebal : 243 halaman
Claire adalah seorang birthmother
yang baru melahirkan seorang anak laki laki. Sayangnya saat proses melahirkan,
terjadi hal hal yang tidak sesuai prosedur,salah satunya dengan dibedahnya
perut Claire untuk mengambil si bayi. Ini jarang terjadi, dan tidak pula
diharapkan terjadi, karena komunitas Claire sama seperti komunitas Jonas di
buku pertama merupakan komunitas yang teratur. Sehingga ketika Claire selesai
melahirkan, ia tidak lagi diberi tugas sebagai Birthmother melainkan
dipindahtugaskan ke tempat pembudidayaan ikan.
Setelah melahirkan, Claire sempat mengetahui bahwa anaknya diberi kode nomor tiga puluh enam. Diam diam ia mulai penasaran dan mencari cara untuk melihat anaknya di pusat perawatan anak. Yang terjadi kemudian sangat mengejutkan Claire, ia tidak pernah merasakan hal yang sedemikian kuat atas perasaannya ketika melihat seorang anak laki-laki, perasaan cinta. Hari hari berikutnya, Claire selalu terdesak rasa rindu terhadap anaknya sehingga ketika ada waktu luang, ia selalu menyempatkan diri berkunjung ke Nurturing Center.
Rupanya, anak lelaki itu kalau malam tidur di rumah salah seorang pengasuh, bukan bersama sama anak lainnya di Nurturing Center. Si Tigapuluh enam sering susah untuk tidur dan malah menangis membuat kegaduhan sehingga malah mengganggu orang lain. Tapi tidak kalau diinapkan di rumah Si Pengasuh, katanya bahkan Tigapuluh Enam tidur dengan nyenyak bersama anak lelaki Si Pengasuh.
Sampai suatu hari kehebohan terjadi, anak lelaki Si Pengasuh hilang karena melarikan diri ke Elsewhere, yang lebih celaka lagi adalah ia turut membawa Si Tigapuluh Enam.
Claire yang kelimpungan malah mengalami kecelakaan dan terdampar di sebuah pulau baru. Di sana ia hilang ingatan, tapi pelan pelan semuanya mulai tersusun kembali. Ia harus menemukan Anaknya, Si Tigapuluh Enam, bagaimanapun caranya.
“Fear dims when you learn things.”
Saat selesai membaca buku ini, saya tahu
saya akan susah move on. Mungkin memang saya terbawa emosi saat membacanya,
apalagi karena saya seorang Ibu. Membayangkan bagaimana rasanya menjadi Claire
jelas membuat saya makin penasaran, seberapa hebat usaha dia dalam
memperjuangkannya. Ini didukung dengan alur cerita yang apik, runut dan seru
makin membuat saya betah membacanya meski ini buku tertebal dari seri-seri
sebelumnya.
"Claire closed her eyes and patted the old woman’s back. “I did,” she said. “I loved my boy. I still do "
Claire seorang wanita yang tangguh, dan meski sebenarnya apa yang terjadi pada dia dan perasaannya merupakan sebuah "kecelakaan",tapi membuat saya jadi berpikir mungkin ngga ya, orang orang yang menelantarkan anaknya atau membuang anak mereka juga akan berpikiran sama Bahwa naluri seorang ibu akan selalu melindungi, mencintai anaknya.
Mengingat sang penulis pernah kehilangan anaknya, saya rasa hal itu berpengaruh dalam tulisannya ini, sehingga nyeri yang dibayangkan benar benar dirasakan..
Ah, entah mau bercerita apa lagi, baca
saja bukunya, dan tutup kisahnya dengan.... (((no spoiler ah)))
Be First to Post Comment !
Posting Komentar