Judul Buku : Perempuan yang
Melukis Wajah
Penulis : Wisnu Nugroho, Ndoro
Kakung, dll.
Penerbit : Gramedia Pustaka
Utama
Edisi : e-book 176 halaman
(beli di getscoop.com)
Terdiri dari sebelas cerita
pendek tentang cinta. Bukan, bukan semuanya melulu tentang hujan atau air. Ya,
saya sempat merasa tertipu dengan judul dan pilihan sampul depan buku ini. Tapi
rasanya puas juga mencecap sebuah buku yang memang sebagian besar kisahnya
beraroma hujan.
Cerita favorit saya adalah
cerita pertama, Humsafar, karya Hanny Kusumawati.
Humsafar artinya adalah kekasih, berkisah tentang Julia yang memiliki Taman
Pemakaman yang elite dan sukses. Banyak orang telah menyiapkan lahan di tempat pemakaman
miliknya itu, bahkan sampai dibangun sebuah rumah peristirahatan untuk
orang-orang yang datang dari jauh untuk takziah di sana. Seringnya bangunan itu
juga digunakan untuk tempat menyendiri yang ampuh karena jauh dari kebisingan
dan hiruk pikuk perkotaan.
Dalam suatu transit pesawat di
Dubai, Julia bertemu dengan lelaki Pakistan bernama Shah. Berawal dari
menawarkan tempat duduk, dengan segera Julia merasakan yang berbeda di hatinya
terhadap lelaki itu. Sayangnya pertemuan mereka tak bisa lama karena Shah harus
meneruskan perjalanannya ke Pakistan dan Julia harus kembali ke Jakarta.
Okelah jauhnya lokasi tidak
menyurutkan cinta mereka berdua, tetapi sebuah tragedi membuat saya
mengernyitkan dahi membaca ending cerita ini. Cukup mengejutkan dan
sialnya...pas banget porsinya. Tidak berlebihan tapi juga tidak membuat saya
merasa penasaran seperti apa kisah Julia selanjutnya.
Cinta bukan hadir pada saat mereka saling
menyapa, ketika berkata "hai" atau "halo", tetapi justru
pada saat mereka harus berpisah dan saling berucap "selamat tinggal".
Cerita lain yang cukup membuat
saya puas membacanya adalah cerita terakhir yang berjudul Hujan. Deras Sekali.
Cerita yang mudah ditebak, tapi saya perlu mengacungkan jempol (sepertinya)
karena penulis bisa menuliskan cerita dari sebuah ide sederhana macam hujan
deras ini. Geleng-geleng kepala tapi juga miris.
Nah, kalau kalian menyukai
hujan, tak ada salahnya mencoba membaca buku ini. Alurnya yang kalem, suasana
yang sendu dan tampilan hujan di tiap judulnya membuat saya merasa cukup
melankolis saat membaca buku ini XD
Oh satu lagi dink, Ndoro Kakung
di salah satu ceritanay menyebutkan seekor Naga yang ebrbulu merah. eng... Naga
kan bersisik ya, masa iya berbulu.
(ttd. pencinta Naga garis keras)
Be First to Post Comment !
Posting Komentar