Judul
Buku : Incognito
Penulis
: Windhy Puspitadewi
Penerbit
: Gramedia Pustaka Utama
Cetakan
Pertama : April 2009
Tebal
: 208 halaman, ebook (beli di getscoop.com)
Ini
tentang kisah perjalanan antar waktu. Dimulai saat Erik dan Sisca mengerjakan
tugas mereka di kota lama Semarang, tanpa sengaja mereka bertemu dengan seorang
anak lelaki dari masa lalu bernama Carl. Anak ini bercerita bahwa ia melakukan
perjalanan lintas waktu berbekal sebuah jam saku yang bisa diatur tahun
tujuannya. Tanpa sengaja, alat itu berfungsi lagi dan membawa mereka ke jaman
di mana Archimedes hidup.
Lebih
ajaibnya lagi, mereka bertemu dengan Archimedes itu sendiri. Bahkan tinggal
satu rumah dengannya, saat mereka meminta bantuan ilmuwan itu untuk membetulkan
jam mereka yang rusak. Archimedes berhasil membetulkan jamnya, meski belum
dapat membetulkan tahun tujuan, tapi alat itu sudah dapat digunakan. Ini
membawa Carl, Sisca dan Erik terlempar sedikit lebih jauh ke masa depan, yaitu
ke Amerika di saat ramai isu perbudakan.
Perjalanan Carl, Sisca dan Erik terus berlanjut sampai akhirnya mereka mulai khawatir. Apakah mereka dapat kembali pulang ke rumah? Apakah orangtua mereka khawatir?
Ini buku kedua Windhy yang saya baca, itupun karena rekomendasi Mbak Dewi yang menceritakan sedikit tentang buku ini serta riset yang dilakukan Windhy agar tokoh-tokoh terkenal yang muncul di dalamnya tidak terlalu jauh berbeda dengan yang dikenal atau diketahui sejarah.
Windhy secara apik menceritakan semi fiksi sains ini berbalut cerita ala remaja yang ringan dan habis sekali baca. Saya sendiri sudah lama menantikan cerita time traveler yang ditulis oleh penulis Indonesia, jadi begitu tahu garis besar buku ini, langsung saja saya beli.
Sayangnya saya kurang puas dengan penokohannya, plotnya seakan datar saja tanpa konflik yang lebih menggebu gebu dari sekadar jam rusak. Detil-detil sejarah yang dibeberkan di buku ini juga maish kurang ngena, Cuma selewat informasi saja, tokoh-tokoh utama pada beberapa bagian cerita (di Amerika dan di Kapal) kurang terlibat dengan tokoh sejarah itu sendiri secara lebih dalam. Nah yang saya suka itu yang bagian Musashi, contohnya. Keterlibatannya lebih dalam dan lebih panjang, juga menjadikan Eric, Sisca dan Carl ‘seakan’ menjadi pelengkap dari sebuah sejarah yang bolong.
Tokoh
Sisca pun rasanya sama dengan tokoh Riska dari seri Touche, sama-sama keras
kepala, cerdas, cantik, dan selera humornya cukup sarkastik. Demikian pula
dengan tokoh Erik yang mirip dengan Indra (juga dari seri Touche) meski Erik
lebih terbuka dan humoris daripada Indra, tapi dua-duanya sama jual mahal kalau
urusan hati. (Atau emang semua laki-laki kaya gitu yah?). Terus banyak adegan menggunakan
kata ‘EEEHH’ atau ‘menyandarkan kepala di bahu’. Satu lagi, di halaman 103,
kayaknya ngga perlu disebut kalau berat Carl lebih berat 5 kilogram daripada
Sisca. Menggunakan ‘lebih berat’ saja sudah cukup, rasanya.:)
Oh
satu lagi, saya masih bingung di halaman 88-97, itu jam kan berhenti terakhir
di angka delapan. Sekalinya dia bisa jalan kok tau tau udah angka 7 ya (lima
jam sebelum jam dua belas)? Udah dapet satu puteran donk? Atau emang bisa
berputar putar seenak udelnya si jam sendiri yah? ._.
Lah vina udah baca aja *menjura*
BalasHapusHahaha...maap, vin. Sepertinya rekomenku membuatmu jadi tinggi ekspektasi ya?
Dr reviewmu aku menangkap kesan yg sama seperti wkt aku baca Touche : bagus sih tp kurang dalam. Kurang di-explore.
Mungkin karena teenlit ya jadi dibikin ringan gitu. (.__.)