Judul
Buku : One Crazy Summer
Penulis
: Rita Willams - Garcia
Penerbit
: Harper Collins
Edisi
epub, 2009
ISBN
: 978-0-06-196667-5
Penghargaan, di antaranya : Newberry Honor (2011), Scott O'dell Award (2012)
Delphine,
Vonetta dan Fern adalah tiga saudari yang terbang dari Brooklyn ke Oakland,
California untuk menemui Ibu kandung mereka, Cecile. Sang Ibu telah
bertahun-tahun meninggalkan keluarga kecilnya, dan Sang Ayah berpikir pada
musim panas tahun 1968 itu, saatnya telah tepat untuk membiarkan ketiga anaknya
bertemu dan mendekatkan diri dengan ibu kandung mereka.
Maka
berangkatlah Delphine, yang paling tua dengan umur sebelas tahun, sambil
mengasuh kedua adiknya untuk menghabiskan libur musim panas mereka selama 28
hari di Oakland. Awalnya mereka mengharapkan sambutan yang manis dan liburan
yang menyenangkan bersama dengan Cecile, karena biar bagaimanapun juga mereka
punya hak atas kehadiran Cecile sebagai ibu mereka. Tetapi dalam hati, Delphine
tahu dari cerita neneknya, Big Ma, bahwa Cecile adalah wanita yang kurang
waras. Cecile mencintai kata-kata, dan puisi dan seni lebih dari apapun,
mungkin hal itu yang membuatnya pergi dari keluarganya.
Sampai
di Oakland, kenyataan pahit harus mereka rasakan. Cecile tidak memberikan
kehangatan seorang Ibu, bahkan ia cenderung liar dan cuek terhadap keadaan di
sekitarnya. Jangankan mendapat liburan yang menarik, Delphine tahu bahwa
liburan ini akan sangat terasa menjemukan. Dengan Cecile yang tidak mau tahu
keadaan anaknya, maka setiap pagi Delphine dan dua adiknya pergi ke People's
Center pada awalnya hanya untuk mendapatkan sarapan gratis. Tapi kelamaan
mereka ikut serta dalam kegiatan di tempat itu, yang ternyata semacam
perkumpulan anak-anak di musim panas. Hanya saja, perkumpulan ini
diselenggarakan oleh sebuah partai yang bernama Black Panther.
Di
tempat itulah mereka menemukan siapa sebenarnya Cecile, ibu kandung mereka itu.
Mendapat banyak pelajaran, terutama tentang diri mereka sebagai warga kulit
hitam yang sering dipandang sebelah mata.
Membaca
novel ini menyenangkan, karena penulis menceritakannya dari sudut pandang
seorang gadis kecil. Delphine adalah seorang anak perempuan yang penuh tanggung
jawab, sangat menyayangi keluarga dan menghormati orang-orang yang ada di
sekitarnya. Sabar dan berkemauan kuat adalah dua ciri khas Delphine yang sering
muncul dalam cerita ini. Hal ini sedikit berbeda dengan Cecile, yang dikisahkan
sebagai seorang wanita yang egois.
"But I saw and heard it with my own ears and eyes. She refused to call Fern by her name, and that made Big Ma right about Cecile."
Big
Ma sering bercerita bahwa Cecile meninggalkan mereka karena Fern diberi nama
Fern, alih-alih memakai nama pilihan Cecile.
Saya
sempat tidak habis pikir bagaimana bisa seorang ibu menolak dengan jelas
kehadiran tiga buah hatinya, tiga anak yang pernah ia bawa bawa dalam perutnya
dan ia perjuangkan kelahirannya di dunia. Tapi melihat sudut pandang Delphine,
saya malah heran, bagaimana gadis sekecil itu mengemban tanggung jawab sebagai
pelindung adik-adiknya menggantikan Si Ibu? Delphine lah yang membeli makan
malam, mencuci baju atau membereskan sisa makanan. Delphine pula yang menjaga
dua adiknya di kamp musim panas, melerai saat mereka bertengkar dengan anak
lain atau mengatakan "tidak" untuk suatu hal yang dalam pikiran
dewasanya dirasa bahaya.
Dalam
masa itu, adalah masa-masa penting dalam sejarah perjuangan hak sipil bagi
warga African-American. Banyak demo-demo atau protes tanpa kekerasan yang
mereka lakukan, yang mana novel ini juga mengambil latar peristiwa tersebut.
Black Panther Party adalah partai sosial yang benar pernah ada di Amerika
antara tahun 1966-1982. Partai ini memiliki tujuan utama melindungi warga kulit
hitam dari perbuatan polisi yang semena-mena terhadap mereka. Hampir secara
garis besar, kita dibawa kembali ke mas aitu oleh penulis yang menceritakannya
sebagai Delphine. Karena Delphine adalah seorang pemikir dan memiliki banyak
pertimbangan dalam suatu hal, maka kita juga menemukan pro kontra yang muncul
di benaknya sebagaimana juga akan muncul hal yang sama kalau kita berada pada
posisinya. Seperti keinginannya untuk menolak demonstrasi dengan membawa
anak-anak, atau rasa takut akan tanggung jawab yang diembankan Pa kepadanya
kalau kalau ada sesuatu dengan adik-adiknya.
Tapi
sebagai pembaca, kita juga akan disuguhi humor-humor ringan, perseteruan khas
kakak beradik atau sesama anak perempuan yang sebaya dalam kisah ini. Seakan
penulis menegaskan kembali ke pembacanya bahwa Delphine adalah seorang anak
perempuan yang biasa. Hanya saja libur musim panasnya kali ini, luar biasa. :)
Delphine gadis kecil yang dewasa. Tanggung jawab terhadap adiknya mungkin yang membuat ia mampu bersikap dewasa.
BalasHapusMasuk list baca bareng BBI saya di bulan november,. ^_^