Judul
Buku : Murjangkung
Penulis
: A.S. Laksana
Proofreader : Jia Effendie
Cetakan Pertama : 2013
Penerbit : GagasMedia
Tebal : 224 halaman, paperback
ISBN : 979-780-644-8
Kumpulan cerpen ini saya dapatkan sebagai
hadiah ulang tahun dari Ren. Sejak awal dipromosikan, saya menyukai cover dan
tagline buku ini
Cinta yang dungu dan hantu-hantu
Kesannya misterius ya? apalagi covernya
menunjukkan kapal yang terbalik di sudut sampul buku. Sederhana. Tapi itulah
yang memikat saya untuk membuka buku ini dan membacanya.
Dan ketika membuka daftar isi, saya sempat
tercenung karena ada 20 cerita pendek dalam buku yang tidak terlalu tebal ini. Pengalaman
saya dengan kumpulan cerpen terhitung tidaklah berjalan cukup mulus, kadang
saya malah bingung setelah menamatkan sebuah cerpen, ada yang akhir ceritanya
dibuat menggantung, tapi tak jarang pula akhir ceritanya bahagia sentosa. Tapi
bukan cerpen seperti itu yang saya temui di Murjangkung ini.
Saya tidak akan mengupas satu-satu cerita
pendeknya, karena buat saya seluruh cerpen di buku ini amat luas bahasannya. Keseluruh
cerpen mengambil benang merah yang sama, yaitu isu-isu dan konflik sosial yang
ada di sekitar kita. Sebagian besar bahkan membubuhkan latar tragedi atau
gosip-gosip hangat yang pernah marak di Indonesia. Sedangkan karakter tokohnya
bisa saya bilang tidak banyak yang bernasib bahagia, meski cara penyampaian si
Penulis memang sudah menunjukkan gelagat -di sini ga ada akhir bahagia-. Penggunaan
kosakata yang kaya dan bahasa yang berima, bahkan sering pula 'nyablak'
mengambil sebagian besar cara penceritaan dalam buku ini. Mungkin kau akan
menganggapnya indah, namun kasar, karena tak jarang si Penulis mengumpamakan
tokoh dalam cerita sebagai binatang. Tergantung dari segi apa kita sebagai
pembaca memandang.
" Si kerbau tetap berdiri di depan pintu kamar mandi, lalu melanjutkan pembicaraan, ... " -Hal. 71
Penulis juga menggunakan nama yang sama
berulangkali dalam beberapa cerita. Ini cukup rumit karena bisa jadi pembaca
masih memiliki bayangan tokoh di cerita sebelumnya muncul lagi di kisah yang
sama sekali berbeda. Tidak ada hubungan kecuali nama yang sama, atau lokasi
kota yang menjadi latar cerita. Berhasil tidaknya penulis, kalau menurut saya
sih berhasil. Melalui cerita yang hanya 5-6 lembar, penulis bisa membuat
karakter tokohnya sedemikian berbeda dengan sebelumnya, meski mungkin sama-sama
bernasib sial. Dan kekayaan detil yang luar biasa disampaikan dengan apik oleh
penulis, ngga bikin bosen tapi membantu sekali dalam membangun sebuah
kisah.
"Anak-anak yang kurang sehat dan kurang mandi, kau tahu, tak pernah enak dipandang. Rambut mereka jarang dan bau tubuh mereka sesengit bau gua-gua lembap di mana kelelawar bersarang dan membuang tahi. " - Hal. 41
Tapi mungkin memang saya yang kurang cocok
membaca kumpulan cerpen ini meski menamatkannya adalah sebuah tantangan sendiri
buat saya, seperti sebuah brainstorming di antara bacaan bacaan ringan koleksi
saya. 3/5 bintang :)
Aku lg stuck bacanya nih vin. >.<
BalasHapusPinjemmmm ... sepertinya memang ini murni imajinasi. Sementara Pulang ada unsur sejarah + imajinasi + romansa + riset. jadi????
BalasHapusmasukin daftar bacaan!
BalasHapushihihihi
hayook lanjutkan, zii XD
BalasHapusSip, bang Epi kudu bacaa ini mah. :p
@dion : iyeee ntar paketin sekalian kalender bae yaa