Judul
Buku : Goodbye Happiness
Penulis
: Arini Putri
Editor
: eNHa
Penerbit
: Gagas Media
Cetakan
kelima : 2013
Tebal
: 312 halaman, paperback
ISBN
: 979-780-593-x
Krystal
adalah Tinker Bell bagi Skandar sejak pertemuan pertama mereka di SMA. Semenjak
itu, Skandar seakan menjadi pusat kehidupan Krystal. Tinker Bell yang bodoh
terus menerus mendekatkan dirinya kepada Peter Pan, sedangkan Si Peter Pan
terlalu egois untuk membiarkan Tinker Bell memiliki kehidupan lain di mana
tidak ada ia di dalamnya. Sejak SMA, takdir seolah menggiring mereka untuk
terus bersama sampai keduanya melanjutkan studi di salah satu universitas di
Korea Selatan. Krystal mengambil jurusan impiannya, teater dan Skandar
mengambil jurusan film meski ia sebenarnya lebih suka dengan fotografi.
Di
Korea Krystal mulai menyadari bahwa ia sebenarnya mencintai Skandar, tetapi
Skandar tidak pernah mengatakan bahwa ia juga mencintai Krystal. Ini yang
membuat Krystal gamang ketika ada seorang pria lain, Seungho, yang juga
menyukai Krystal. Seungho sangat
memperhatikan Krystal dan mendukungnya terutama dalam seni peran. Hal
sebaliknya justru terjadi dengan Skandar, semenjak di Korea, Skandar semakin
sering membatasi kegiatan Krystal, seakan tidak ingin membiarkan Krystal
berkembang terutama dalam kariernya. Kalau Skandar malah mulai terjun jauh ke
dalam fotografi, hal yang ia sukai, mengapa ia tak mengijinkan Krystal berbuat
yang serupa di seni peran? Siapa yang akhirnya Krystal pilih di antara dua
lelaki tersebut?
"Be Happy with your life, Tink."- Hal. 276
Secara keseluruhan, saya tidak menyukai
tokoh utama dalam buku ini. Skandar diceritakan dengan sempurna tetapi memiliki
keegoisan yang luar biasa tinggi, sedangkan Krystal diceritakan sebagai sosok
wanita yang lemah dan pasrah akan cintanya kepada Skandar. Ternyata saya memang
tidak terlalu suka dengan kisah cinta yang menye-menye. Buat saya Skandar dan
Krystal seperti orang yang mengatasnamakan cinta atas kebodohan dan kediaman
mereka. Apa susahnya sih ngomong daripada dipendam sendirian sampe sesak gitu? Yang
ada malah saling menyiksa.
Yah, ini tipe cinta yang nggak sehat,
menurut saya pribadi.
Novel ini juga cukup berani dengan
mengambil latar Korea yang sebenarnya kurang digali lebih dalam. Sebenarnya
penulis bisa saja menambahkan detil lokasi yang ada dengan seting Korea yang
lebih kuat. Memang sudah ada lokasi di buku ini 'yang Korea', tetapi
penceritaannya hanya sedikit dan saya masih belum bisa membayangkan kalau
lokasi itu hanya ada di Korea. Bahasa dan pemilihan nama tokoh yang digunakan
juga semacam tempelan, yang buat saya sebenarnya lebih baik diceritakan penuh
dalam bahasa Indonesia.
Keistimewaan buku ini adalah bagaimana
penulis menampilkan satu cerita baru tentang Tinker Bell dan Peter Pan, meski
saya nggak suka cerita versi ini XD. Penulis mampu membuat kita membenci Tinker
bell yang bodoh dan Peter pen yang semaunya sendiri, plus tokoh Wendy sebagai
sampingan. Selama ini tidak pernah terbayangkan oleh saya untuk 'memvariasikan'
kisah Tinker Bell dan Peter pan, seperti kisah Grimm bersaudara misalnya yang
sudah dibuat berbagai versi. Lalu untuk editoria, saya suka dengan pemilihan
covernya yang sederhana namun tetap cantik. 3/5 bintang saya rasa cukup
untuk buku ini. :)
Terimakasih review-nya...
BalasHapusSaya malah ngasih bintang 2 soalnya endingnya ketebak :)