Judul
Buku : Orang-Orang Tanah
Penulis
: Poppy D. Chusfani
Editor : C. Donna Widjajanto
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Cetakan Pertama : Agustus 2013
Tebal : 200 halaman, paperback
ISBN : 978-979-22-8398-3
Awalnya buku ini saya tahu dari cerita
seorang teman di BBI Solo, katanya kumpulan cerpen ini kurang pas kalau untuk
anak-anak. Lalu entah mungkin jodoh, ada tawaran membeli buku ini
bertandatangan penulisnya. Yah, buat para penikmat novel fantasi terjemahan,
saya kira tidak asing lagi dengan nama Kak Poppy, maka saya langsung saja
memesannya. Tak sampai dua hari, buku sudah saya terima dan langsung saya
nikmati ceritanya.
Fantasi?
Begitulah. Kurang lebih.
Cerita pertama berjudul Jendela. Kisah ini
bercerita tentang seorang anak yang memiliki kemampuan membuka sebuah jendela
kasat mata tetapi entah menuju ke mana. Setiap kali ia menggoreskan tangannya
naik turun di udara hingga membentuk segaris sinar yang benderang. Dinah, nama anak itu, tidak berani masuk
ke sana meski hidupnya bersama Sang Ibu sangat memprihatinkan. Ibunya kerap
disiksa oleh anak lelakinya yang bajingan. Sampai suatu saat, Dinah tahu bahwa
sudah saatnya mereka pergi. Kemampuan membuka jendela di udara ini entah
mengapa mengingatkan saya sedikit tentang pisau gaibnya Philip Pullman meski
tentu saja berbeda ceritanya.
Pondok Paling Ujung adalah cerita ketiga
di buku ini. Cerita ini yang membuat saya menyadari bahwa kumpulan cerpen ini
bukan hanya fantasi biasa, tapi malah terasa spooky ._.
Seorang penulis menyewa pondok yang
letaknya terpencil di kaki bukit. deadline memaksa dia untuk menjernihkan
pikiran dan menyelesaikan naskahnya di tempat itu, dengan harapan kesunyian
mampu membantunya. Alih-alih terbantu, si penulis malah berkali-kali dihantui
perasaan ketakutan dan kejadian-kejadian aneh yang dialaminya.Mulai dari
peristiwa ulat bulu sampai dikejar-kejar makhluk tak kasat mata. Nah, yang
lebih serem lagi adalah..... ketika dia....(stop. no spoiler XD)
Bisikan itu membuatku meremang, perutku mulas, jantungku membeku.Aku di sini.... - Hal.57
Lelaki tua dan tikus adalah salah satu
cerita yang berkesan buat saya. Tentang seorang wanita yang tinggal di
apartemen sederhana dengan tetangga-tetangga yang agak bermasalah. Salah
satunya adalah lelaki tua yang terkenal memelihara tikus di apartemennya. Terdengar
menjijikkan, bukan? Nah, itu sebelum Sang Kakek berhasil menolong Si Wanita
dari kejaran pria bejat yang pernah menghancurkan hidupnya. Siapa sangka kalau
ternyata tikus-tikus itu...... (uhuk. Stop lagi XD)
Nah, Orang-Orang Tanah adalah cerita
penutup di buku ini. Tentang seorang gadis kecil, Alia, yang menemukan sebuah
rahasia di perkebunan milik Ayahnya. Kabarnya, di bawah pohon besar dekat
rumahnya, ada orang-orang tanah yang gemar keluar saat tengah malam. Mereka
bukan makhluk biasa yang kegemarannya makan buah atau sayur, mereka lebih suka
menyantap makhluk hidup yang bergerak. Nah loh, serem banget kaaaaan. Mana Si
Alia ini anaknya selalu ingin tahu, maka dia membuat percobaan dengan harapan
ia dapat melihatsi orang-orang tanah. Duh, besar banget deh nyali anak ini,
saya aja mbayanginnya udah parno sendiri. Lalu bagaimana, apa Alia berhasil
membuat orang-orang tanah itu keluar dari persembunyian mereka?
Keseluruhan cerita dalam buku ini memiliki
kekuatannya sendiri-sendiri. Meski habis dalam sekali baca, tapi karena saya
membacanya saat malam hari, kesan magisnya sangat terasa. Bukan secara gaib ya,
tapi lebih ke permainan psikologis yang diciptakan penulis lewat
tokoh-tokohnya. Misalkan saat tokoh pada sebuah cerita ketakutan, kita juga
merasa ketakutan, seakan ikut diburu bersamanya. Tidak ada efek dramatisir yang
berlebihan dalam buku ini, menurut saya, penulis hanya bermain kata-kata, yang
mungkin karena beliau juga sudah lama berkecimpung dalam bidang kepenulisan,
membuatnya amat pintar mengolah dan menempatkan kata yang tepat dalam cerita
atau adegan.
Tokoh favorit saya adalah kakek di dalam cerita Lelaki Tua dan Tikus. Ini
cerita yang cukup membuat saya kaget dengan endingnya. Lalu pelajaran bahwa
kita tidak boleh melihat seseorang hanya dari fisik atau tampilan luarnya saja,
dari omongan orang-orang belaka. Siapa tahu ternyata orang itu justru akhirnya
malah membantu kita, siapa tahu ia memiliki rahasia tersembunyi yang memang
sengaja ia simpan rapat-rapat.
Siapa tahu, ya kan?
Empat bintang untuk 9 cerita di buku ini. Layak
dikoleksi meski saya tidak menyarankan anak di bawah usia 12 tahun membacanya
tanpa pendampingan orang tua. :)
Be First to Post Comment !
Posting Komentar