Judul Buku : Live Through This (Kekuatan Cinta Seorang Ibu)
Penulis : Debra Gwartney
Penerjemah : Rahmani Astuti
Penerbit : Mahda Books
Cetakan Pertama : Agustus 2009
ISBN : 978-979-19926-1-9
Kisah ini diceritakan dari sudut pandang seorang Ibu yang terus berjuang mendapatkan kepercayaan anaknya kembali. Sejak bercerai dari suaminya, Debra, sang Ibu ini, mengalami berkali-kali keputusasaan yang sangat karena dua anak pertamanya bermasalah. Stephanie dan Amanda, nama anak-anak perempuan itu, mulai sering membolos sekolah, melarikan diri dari rumah bahkan masuk ke jejaring narkoba yang kelam.
Debra selalu merasa bahwa kelak anak-anaknya tersebut suatu saat akan kembali pulang dan semuanya akan baik-baik saja. Berkali-kali ia menyalahkan mantan suaminya, Tom, atas sifatnya yang seenaknya dan memberikan contoh yang buruk bagi anak-anaknya. Tom selalu mengompori mereka untuk melakukan hal-hal yang terlalu bebas, dan sering menyudutkan Debra karena bertindak sebagai ‘seorang Ibu yang terlalu khawatir akan anak-anaknya’.
Hei, padahal menurut saya bukankah itu memang ciri khas seorang Ibu?
Setelah Stephanie dan Amanda kabur dari rumah, mereka bergabung dengan gerombolan berandalan, mengonsumsi narkoba, menjadi tunawisma, tapi mereka tetap tidak mau pulang ke rumah. Debra telah mengusahakan banyak sekali cara, menyewa polisi untuk menangkap dan mengembalikan mereka pulang, mendaftarkan mereka ke rehabilitasi remaja, memisahkan mereka dan menitipkan ke rumah orangtua angkat. Tapi kedua gadis itu selalu punya cara untuk kompak kabur lagi bersama-sama.
Dan Debra, sebagai seorang Ibu dengan kekuatan cintanya, selalu berharap dan berusaha untuk mengembalikan dua putri yang dicintainya itu pulang ke rumah dan menjadi lebih baik.
Membaca kisah ini, rasanya ada beban berat yang mengganjal di hati saya, baik sebagai seorang Ibu maupun sebagai seorang anak yang orangtuanya berpisah. Saya tidak bisa menyalahkan Debra, Tom atau Stephanie dan Amanda, karena mereka memiliki alasan mereka masing-masing dalam mengambil keputusan atau melakukan suatu hal yang menurut orang lain ‘tidak baik’ untuk dilakukan. Namun saya mengagumi keteguhan Debra dalam mencari anak-anaknya kembali. Perceraian seringkali dikambinghitamkan untuk kasus anak-anak bermasalah. Orangtua yang tidak sepaham dalam mendidik anak akhirnya menyebabkan anak – anak tersebut mengalami disorientasi panutan. Itu yang saya rasa terjadi di keluarga Debra dalam cerita ini. Anak-anak mereka berada pada ketimpangan hidup yang kemudian dilampiaskan pada hal-hal negatif.
Sebuah perjalanan yang melelahkan, kesan saya setelah rampung membaca buku ini. Kerasnya hidup yang dialami Debra dan keluarga bisa jadi hadir dalam wajah-wajah orang di sekeliling kita yang bernasib sama. Sayangnya kalimat yang panjang dan alur bolak-balik yang tidak keruan membuat saya sedikit kecewa dengan buku ini. Padahal kisah dan perjuangan Debra benar menginspirasi saya sebagai seorang Ibu untuk terus mencintai anak-anaknya dan sebagai seorang anak untuk terus mengasihi orang tua saya.
Seperti kata pepatah. Kasih Ibu sepanjang Jalan, kasih anak sepanjang galah.
Sedikit tentang penulis
Kisah Debra dalam buku ini adalah nyata, seperti halnya kita ketahui bahwa ini adalah buku biografi tentang perjalanan dalam menemukan dua anak perempuannya yang pergi dari rumah saat merasa kehilangan cinta. Buku ini termasuk dalam finalis untuk penghargaan : National Book Critics Circle Award 2009 for the National Books for a Better Life Award, the Oregon Book Award,dan the Pacific Northwest Booksellers Award. Selain menulis buku ini, ia juga menulis buku bersama suami keduanya, Barry,dan mereka tinggal berdua di Oregon.
Saya cuplikkan review buku ini dari Kirkus Review :
Posting ini saya ikut sertakan dalam post bareng BBI tema Biografi :)
Saya cuplikkan review buku ini dari Kirkus Review :
An achingly beautiful chronicle of unfathomable sorrow, flickering hope and quiet redemption.
Posting ini saya ikut sertakan dalam post bareng BBI tema Biografi :)
Ow berdasarkan kisah nyata ya? pantas aku kok sepertoi pernah baca kisah ibu dengan dua anak yg kabur ini entah di mana. berapa halaman Vin?
BalasHapusdohhh mimpi buruk orang tua banget ya kalo anak sampe kabur2 gitu :( sayang alurnya kurang sip ya vin? pdhl kayaknya inspiring banget
BalasHapusPasti aku nangis bacanya. duh, remaja itu kenapa yademen memberontak
BalasHapusaduh berapa halaman ya, dioon. udah dibalikin bukunya XD
BalasHapus@ Mba astrid dan mba Yuska : iyaa, ikut sedih bacanyaa ._.
Kok blm pernah lihat buku ini, masuk non-fiksi kali ya.
BalasHapusTerjemahannya bagus mbak vina ?
*blogwalking*
[ http://alice-secret-garden.blogspot.com ]
Jadi sedih dan miris gitu baca reviewnya.. apalagi kalo baca bukunya langsung ya :(
BalasHapusIya, saat baca ini aku juga merasa kalo ini bukan murni kesalahan siapa2, cuma bagaimana mendamaikan ego dan perasaan masing2
BalasHapus