Judul : Redfang
Pengarang :
Fachrul R.U.N
Editor : Louis Javano
Ilustrator : happy
Mayorita
Cetakan Pertama : 2012
Tebal : 418
halaman, paperback
Penerbit :
Gramedia Pustaka Utama
Jadi
endingnya.. gini doank?
Itu kesan saya
setelah menutup lembar terakhir novel ini. Sebelumnya memang sempat
diwanti-wanti Dion kalau novel ini kadar romancenya benar-benar hanya pemanis.
Selebihnya, berdarah-darah sampai perih.
Cassius Redfang
jelas bukan seorang kakak yang baik. Bagaimana tidak? Dia rela membunuh adiknya
demi memenangkan tahta dan kekuasaan keluarga besar Redfang. Padahal Velius,
Sang Adik, memiliki karakterisktik pemimpin jauh lebih baik daripada kakaknya.
Velius juga lebih dicintai rakyatnya yang toh masih memujanya meski ia sudah
mati dan digantikan si Kakak.
Suatu hari, Velius
muncul kembali dalam kehidupan Cassius. Bukan hanya mimpi, si adik ini
benar-benar nyata, padahal jelas-jelas dulu Cassius sudah membunuhnya. Kemunculan
Velius juga mengakibatkan Avenia, kekasih Velius yang sekarang adalah istri
Cassius, kembali mengharapkan Velius pulang ke sisinya. Cassius jelas murka,
lha wong Velius sudah jelas mati kok berani-beraninya ada yang menyamar menjadi
Adiknya itu.
Yah, sialnya, Si
Velius ‘gadungan’ ini punya kemiripan luar biasa sama dengan adiknya dahulu. Bahkan
Velius tak menua sedikitpun, ia masih persis seperti dulu ketika Cassius
membunuhnya secara tidak adil. Apakah Velius berniat balas dendam?
Tentunya iya donk,
yah. Kembalinya Velius membuat gempar banyak trah keluarga dan rakyat yang
dipimpin mereka. Intrik politik secara padat berseliweran dan tumpang tindih
dalam novel ini. Kepentingan individu, hasrat penaklukan serta persengketaan
menjadi topik utama yang menjalin kisah Redfang. Perang, darah, senjata-senjata
dan rune tak lagi menjadi hal yang fantastis karena novel ini bertaburan hal-hal
tersebut.
Hebatnya, Si
Penulis mampu menggabungkan itu semua menjadi kesatuan cerita yang utuh dan
padu, yang dapat pembaca ikuti dengan gampang meski tidak mampu menyelesaikan
satu buku sekali baca. Penamaan tokohnya juga mudah diingat, padahal tidak
sedikit tokoh yang muncul di cerita ini. Sayangnya, ending kisah ini ngga
sesuai donk sama tebakan saya. ._. (sedih)
Tokoh favorit saya, emm.. Ninh! Entah kenapa membayangkan
keloyalan Ninh membuat saya langsung suka sama wanita ini. Meski dia loyal
terhadap Cassius, tapi Ninh juga nggak menelan mentah-mentah perintah tuannya. Ia memberi masukkan, bahkan meakukan
penyelidikan untuk hal-hal yang membuatnya penasaran.
Tokoh yang paling
saya sebelin, meh. Jelas Si Cassius. XD
Aristokrat yang
haus kekuasaan, suka ambil jalan pintas baik terhadap politik ataupun masalah
cinta. Nyebelin abis pokoknya mah.
Satu kutipan yang
menjadi inti cerita ini saya temukan di hal.391
Balada-balada para penyair, yang menyerukan bahwa balas dendam tak akan memberi kepuasan apa pun, tampaknya benar adanya.
Ini membuat saya
makin penasaran dengan Hailstorm (yang ampe sekarang masih nangkring di
Wishlist) Mungkinkah juga penuh darah dan ambisi?
terimakasih untuk the black in the book atas buntelannya yah :*
Adek Zie masih suka nangis pas dideketin buku ini gak, mba? (beneran pengen tau) (pengen nyium pipinya :3)
BalasHapusmwahahha. enggak kok, Ul. udah baekan sama emaknya XD
BalasHapusbanyak yang suka Ninh ya :D
BalasHapus