Judul Buku : The Ring of Solomon – Cincin Solomon
Penulis : Jonathan Stroud
Alih Bahasa : Poppy D. Chusfani
Cetakan Pertama : November 2012
Tebal : 528 halaman, paperback
ISBN : 978-979-22-8943-5
Literary Award : School Library Journal Battle of the Books (2011)
Usia minimal kelayakan baca : 12 tahun
Barty kembaliiiiii…
Yah, sebenarnya tidak tepat juga dibilang ‘kembali’, karena
cerita ini berlatar tahun 950 SM, jauh sebelum Cerita Barty dan Nathaniel di
tiga buku sebelumnya.
Alkisah, Barty diperbudak oleh Ezekiel, yang merupakan salah
satu penyihir kepercayaan Raja Solomon. Si Barty ditugaskan mencari barang
berharga dari Eridu untuk dibawa ke Masternya, sialnya ketika Barty telah
melaksanakan tugasnya, eh si Master mati karena ternyata ada jebakan di dalam
patung yang dibawa Barty.
Begitu tahu bahwa seorang penyihirnya mati karena kelakuan
Jin, Solomon marah dan menyuruh Khaba, penyihirnya yang lain, memberi pelajaran
kepada jin level empat itu. Nah, seperti budaknya yang lain, Si Barty
diperintahkan untuk ikut kerja dalam pembangunan istana bagi Raja Solomon.
Syaratnya mereka tidak boleh menggunakan sihir dan pekerjaannya harus dilakukan
seperti kecepatan manusia biasa. Dan jelas bukan Barty donk namanya kalau
selalu nurut sama Masternya, si Barty ketahuan menggunakan sihir tepat saat
Solomon lagi melakukan sidak di lokasi pembangunan.
Khaba yang kemudian dimarahi oleh Solomon, ia tidak
ditugaskan membangun istana lagi tetapi menyelidiki serangan-serangan yang
sering dialami kafilah kafilah pedagang. Mereka dirampok dan kabarnya Si Pelaku
menggunakan Jin dan makhluk-makhluk gaib.
Di tempat lain, Ratu Sheba sedang merancang rencana
untuk membunuh Raja Solomon. Laki-laki itu telah meminta upeti yang banyak
kepada kerajaannya, dan tentu saja Sheba tidak bisa memberikannya
dengan mudah. Dipanggilah Asmira, seorang pendeta wanita yang juga merupakan
orang kepercayaan Sheba.
Asmira ditugaskan membunuh Solomon dan mengambil cincin berharga yang terkenal
dimiliki Solomon. Cincin itu kabarnya memiliki kekuatan gaib yang paling gelap,
karena merupakan portal menuju Dunia Lain, dan ada Sesuatu yang berkekuatan
besar yang tersimpan di mata cincin.
Sebagai orang yang setia kepada Ratu, Asmira berangkat dari
negerinya menuju Yerusalem ke kediaman Raja Solomon dengan tekad yang kuat, ia
akan membunuh Raja itu bagaimanapun caranya. Di perjalanan, ia bertemu dengan
Barty dan Faquarl yang sedang bertarung melawan demon yang menyerang dan
merampok para pedagang. Asmira kemudian dibawa ke lingkungan istana bersama
Khaba yang malah memudahkan rencananya membunuh Solomon. Sayangnya meski Asmira
sudah berjanji akan mengusahakan kebebasan Barty dan Faquarl (yang sudha
menolongnya dari jin-jin di gurun) tapi Khaba tidak rela melepaskan Barty
begitu saja. Jin itu telah menimbulkan banyak masalah, sehingga alih alih ia
malah dikurung di dalam botol.
Nasib sial dan petualangan tidak berhenti menghampiri Barty, ia
kemudian malah terikat dengan Asmira dan terpaksa mencari cara membantu Asmira
mencuri cincin Solomon. Apa jin level empat ini bisa melakukannya? Yah, ikuti
saja petualangannya :D
Setelah bertaun-tahun saya menunggu lanjutan kisah Barty,
akhirnya buku ini terbit juga (dan akhirnya melowong-lowongkan waktu untuk
membacanya). Barty masih sama kocaknya, masih dengan humor sarkastiknya, masih
seenak egonya sendiri.
Ketika iring-iringan kerajaan itu berkelontang menghampiri kami, .., rekan –rekan kerjaku sudah aman berada dalam samaran tubuh manusia lagi….. Dan aku? Aku masih berbentuk kuda nil kerdil mengenakan rok, menyanyikan lagu-lagu….dan melemparkan batu raksasa… - Bartimaeus, Hal. 145
“Lagi pula, kalau kau akan tewas dengan cara mengerikan, sebaiknya kau mati dengan bergaya.” – Bartimaeus, Hal. 333
“Sang ratu bukan orang yang tidak berperasaan,” Seru gadis itu. “ Dia hampir menangis ketika mengirimku---““Ke sini untuk mati,” aku menyelesaikan.” Kau tidak bisa melihat apa yang ada di depan hidungmu, ya?” – Bartimaues, Hal. 356
Membaca buku ini seperti kangen-kangenan sama Barty,
sayangnya ketika lembar terakhir ditutup lha kok saya malah makin kangen sama
Barty lagi? >_<
Bagaimana tidak, kalau dulu kan memang maish ada gossip bahwa
Barty bakal ada satu buku lagi, tapi kalau yang Cincin Solomon ini, jelas ini
adalah buku terakhirnya.. Jadi wajar donk perpisahannya lebih berat? :D
Munculnya tokoh Asmira berbeda dnegan Nathaniel, sifat
keduanya juga berbeda, mungkin karena saya terbiasa menghubungkan Barty dengan
Nat, sehingga ketika membuat ikatan baru antara Barty dengan Asmira malah
membuat saya bosan. Rasanya Cuma pingin teriak, “Jangan banyak banyak ambil
porsi ceritanya Barty dooonk.”
Asmira sendiri memang dikisahkan cukup sempurna, ia cantik,
pintar bertarung, dapat menggunakan sihir (meski masih pemula),tapi ia ceroboh
dan keras kepala. Yah, sebelas dua belas lah sama kerasnya si Barty XD
Sewaktu menunggu buku ini diterjemahkan di Indonesia, saya
sempat membeli dan membaca beberapa karya Stroud lainnya, seperti The Leap,
Herroes of the Valley dan The Last Siege (yang kesemuanya juga diterbitkan
Gramedia), tapi karena semua tokohnya berbeda jauh dengan Barty, saya merasa
ada yang kurang. Yah, buat saya Bartimaeus adalah salah satu tokoh cerita
fantasi yang selalu diharapkan kehadirannya terutama bagi mereka yang sudah
jatuh hati dengan ‘sarkasme’nya yang ngga abis abis.
Belum baca bukunya? Saran saya beli deh dari seri 1-4, jadi
kalau kangen Barty, baca lagi aja buku-bukunya, barengan sama saya. :D
Posting ini dibuat untuk ikutan di Fantasy Reading Challenge 2013 Kategori Award Winner :)
Dan jugaaa Posting ini saya buat dalam mengikuti RC Fun
Year with Children bulan Januari dengan tema Award Winner, yang diselenggarakan
bacaan B.Zee di sini :)
Membaca buku ini seperti kangen-kangenan sama Barty, sayangnya ketika lembar terakhir ditutup lha kok saya malah makin kangen sama Barty lagi?
BalasHapusBener banget!!! pas nyampe halaman terakhir, aku tuh sampai baca berulang kali paragraf-paragraf akhir. Dan akhirnya ngulang lagi dari awal, tapi kali ini cuman baca bab Barty. Bab Asmira beneran bisa dilewati. hehehe
Kata Jonathan Stroud, bakal ada cerita lagi tentang Barty, walau entah kapan ;)
Udah baca buku. Lumayan lah ngobatin kangen sama Barty. Tapi saya pribadi sih masih lebih suka Ptolemy's Gate.
BalasHapusRing of Solomon ini agak mudah ketebak, soalnya. :)