Judul Buku :
Sisters Red – Dua Saudari Bertudung Merah
Penulis : Jackson Pearce
Penerjemah : Ferry Halim
Penyunting : Ida Wajdi
Penerbit : Atria
Cetakan Pertama : Februari 2011
Tebal : 432 halaman, paperback
ISBN : 978-979-024-464-1
Penggemar cerita fantasi pasti mengenal kisah Si Tudung
Merah, yang dipopulerkan oleh Grimm bersaudara. Sisters Red merupakan
pengembangan dari cerita tersebut, dengan dua kakak beradik sebagai tokoh
utama.
Scarlett dan Rosie March adalah dua pemburu manusia serigala
yang tinggal di pinggir kota,
sebuah daerah bernama Ellison. Semenjak tragedi kematian nenek mereka yang juga
mengakibatkan Scarlett kehilangan mata kanannya, hidup mereka seakan-akan
ditujukan hanya untuk berburu, menyelamatkan gadis-gadis lain yang
keselamatannya terancam oleh para Fenris (sebutan untuk manusia serigala).
Suatu ketika, bersamaan dengan kembalinya Silas, lelaki yang
menjadi sahabat mereka dalam berburu, intensitas serangan para Fenris semakin
bertambah. Bahkan ada banyak kawanan yang berburu bersama-sama, yang kemudian
Scarlett sadari bahwa para Fenris pasti sedang mengejar Calon Fenris. Tapi mereka tidak memiliki informasi yang
spesifik tentang siapa Calon tersebut, kapan ia akan muncul atau di mana ia
berada saat ini. Dengan semua pertimbangan, mereka memutuskan bahwa perburuan
Fenris atau Si Calon akan lebih baik jika dilakukan di kota
yang lebih besar yang dekat dengan Ellison, yaitu Atlanta. Di sana jumlah Fenris lebih banyak dan pasti
akan ada informasi lebih banyak yang bisa mereka peroleh tentang Si Calon.
Di Atlanta ternyata mereka tidak hanya mengetahui
informasi-informasi berharga tentang Calon, tetapi tumbuhnya benih cinta antara
Rosie dan Silas tanpa sepengetahuan Scarlett. Rosie yang merasa berutang nyawa
terhadap kakaknya tahu betul bahwa Scarlett akan membencinya karena merebut
Silas, sahabat sejak kecil. Rosie diam-diam juga mengikuti kegiatan les di luar
jam berburunya, kelas-kelas melukis, origami, atas dukungan Silas dan dengan
merahasiakannya dari Scarlett. Kegiatan-kegiatan ‘normal’ yang selama ini tidak
pernah bisa Rosie ikuti, yang ternyata menggembirakan lagi hidupnya.
Sepandai-pandainya seseorang menutupi kebenaran, akhirnya toh
akan tercium juga. Scarlett merasa sejak pindah ke Atlanta, ada yang berubah
pada Rosie, ia seakan berubah menjadi gadis ‘capung’ yang biasa diburu oleh
para Fenris. Bisakah Scarlett kelak memaafkan Rosie atas apa yang disembunyikan
darinya selama ini? Dan di manakah Si Calon yang sejatinya harus segera mereka
temukan sebelum menjadi Fenris?
Sebab Fenris baru akan berburu setiap hari dan menjadi lebih
cepat, lebih lapar daripada serigala-serigala lainnya. -Hal.123
Lalu bagaimana
kisah cinta Rosie dengan Silas?
Membaca buku ini
sampai pertengahan, alurnya terasa agak lambat meski banyak diselingi adegan
pertarungan yang cukup seru. Tokoh Scarlett dan Rosie masing-masing diberikan
porsi yang sama besar dalam hal penokohan dan memiliki karakter yang bertolak
belakang. Scarlett cenderung lebih emosional, dominasinya dalam berburu
terlihat sekali karena baginya berburu sudah menjadi tujuan hidup. Sedangkan
Rosie lebih pemalu dan kurang percaya diri, ia jauh terlihat lebih ’manusiawi’
dan ’normal’ dibandingkan Scarlett. Bagi Rosie, perburuan yang dilakukannya
hanya untuk menutupi utang nyawa kepada kakaknya karena Scarlett kehilangan
mata kanannya saat melindungi Rosie.
Sisters Red seakan
mengingatkan saya bahwa semua individu adalah berbeda, adalah istimewa dan
masing-masing memiliki hak untuk memilih kehidupannya sendiri. Seperti kata
Silas,
”Kakakmu bukan dirimu. Kau adalah milikmu sendiri, Rosie.”-Hal. 266
Posting ini dibuat untuk ikutan di Fantasy Reading Challenge 2013 Bulan Februari :)
ini adapatasi dari dongeng itu ya
BalasHapus