Judul Buku : Putri Si Pembuat Kembang Api (The Firework-Maker’s Daughter)
Penulis : Philip Pullman
Alih Bahasa : Poppy D. Chusfani
Editor : Dini Pandia
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Cetakan Pertama : Oktober, 2007
Tebal : 144 halaman
ISBN-10 : 979-22-3284-2
ISBN-13 : 978-979-22-3284-4
Gadis itu bernama Lila. Ayahnya, Lalchand, adalah seorang pembuat kembang api di kota. Ibunya sudah meninggal ketika Lila masih kecil, yang menjadikan Lila menghabiskan waktunya di bengkel kembang api milik Ayahnya. Alhasil sedari kecil ia sudah mengenal macam-macam kembang api dan bagaimana cara membuatnya. Ia belajar membuat kembang api Monyet Melompat, Cahaya Java, Air Mancur Krakatau dan masih banyak lagi. Lila juga gemar bereksperimen sehingga menghasilkan sebuah karya yang baru.
Lila memiliki kawan yang bernama Chulak, ia adalah seorang anak laki-laki yang bertugas menjaga Gajah Putih Istimewa milik Raja. Gajah yang bernama Hamlet itu ternyata dapat berbicara, tetapi hanya Chulak dan Lila saja yang mengetahuinya.
Suatu hari, Lila bertengkar dnegan Ayahnya. Lila ingin menjadi seorang pembuat kembang api yang diakui oleh Ayahnya. Tapi Sang Ayah tidak mengijinkan Lila, sehingga Chulaklah yang menanyakan ”resep” agar dapat menjadi seorang pembuat kembang api. Ternyata untuk menjadi pembuat kembang api, orang itu harus mengambil Sulfur Bangsawan dari Gunung Merapi.
Maka Lila yang telah diberitahu Chulak akan ”resep” itu segera pergi ke Gunung Merapi. Ia meninggalkan Ayahnya tanpa pamit, hanya menulis sebuah pesan singkat. Celakanya, Sang Ayah tidak memberitahu Chulak bahwa untuk bisa mengambil Sulfur Bangsawan, seseorang tersebut membutuhkan seguci air ajaib dari Dewi Danau Zamrud. Sang Ayah yang kalang kabut kehilangan Lila ini kemudian memberitahu Chulak untuk membawakan Lila air ajaib tersebut. Chulak kemudian pergi bersama gajahnya menyusul Lila. Berhasilkah Lila nanti membawa Sulfur Bangsawan dan menjadi seorang Pembuat kembang api?
Cerita di buku ini banyak pesan moralnya, mungkin selain tindakan Lila yang kabur diam-diam dari rumah ya.. Tapi setidaknya itu memberi pesan moral kepada para orangtua bahwa kita harus memercayai anak-anak kita dan akan lebih baik jika tidak menyembunyikan suatu rahasia dari mereka. Kelemahan cerita ini menurut saya ada di bagian ketika Lila secara tiba-tiba ditolong Chulak. Padahal sebelumnya Chulak masih berbicara dengan Dewi di Danau. Kapan waktu perjalanan mendaki Gunung?
Buku yang tipis, banyak ilustrasi di dalamnya dan tulisannya besar-besar. Ceritanya yang sederhana juga memanjakan kita sebagai pembaca. 4/5 bintang untuk cerita ini. Cerita Philip Pullman ini pada tahun 1996 telah memenangkan Gold Medal dari The Nestlé Children's Book Prize, yang juga dikenal sebagai Nestlé Smarties Book Prize. Penghargaan tahunan yang diberikan kepada penulis buku anak-anak oleh orang-orang yang merupakan warga negara atau penduduk Inggris. Penghargaan ini merupakan salah satu penghargaan yang prestisius dan disegani di kalangan literatur anak-anak.
Semakin membuat Anda penasaran ingin membaca? :D
waaah aku kirain ini cerita klasik, ternyata tahun 96 yah, hehehe
BalasHapusHohohhh.. nggak klasik klasik amat kok, Bang. :D
BalasHapusBuku ini memang merupakan fiksi anak-anak. Akan tetapi, dari sini kita akan mendapatkan pelajaran berharga tentang bagaimana keteguhan hati mewujudkan cita-cita, tentang keberanian, dan solidaritas. Buku ini menarik, Philip Pullman menuliskannya dengan gaya ringan tetapi luar biasa jenius!
BalasHapusBagi saya pribadi, bagian paling mengesankan dalam kisah ini adalah ketika Lila pada akhirnya mengerti tentang hakikat Sulfur Bangsawan—bahan utama pembuatan kembang api, dan apa sebenarnya “Tiga Bekal” yang dimaksud Lalchand sebagai syarat utama menjadi seorang seniman kembang api sejati!