Penulis: Jostein Gaarder
Penerjemah : A. Rahartati Bambang
Penerbit : Mizan
Cetakan Pertama : Februari 2006
ISBN : 979-433-414-6
Pertama kali membaca tulisan Gaarder, saya diajak berkunjung ke perpustakaan ajaibnya, sampai saya merasa curiga jangan-jangan perpustakaan itu bener-bener nyata..
Kali ini saya diperkenalkan kepada seorang anak laki-laki yang bernama Peter. Peter kecil tumbuh dengan imajinasi yang luar biasa, ia pandai berkata-kata dan memiliki kemampuan yang sangat spesial dalam memainkannya. Terkadang ia bisa begitu mudahnya membalas hinaan temannya yang telah adu pukul dengan dia. Peter tahu betul kekuatan memainkan kata-kata. Dalam berimajinasi, ia juga memiliki kelebihannya, ia benar-benar bisa menciptakan dunia khayalannya sendiri. Jiwa bisnisnya pun sudah muncul sejak kecil, ia ”menjual” pekerjaan rumah kepada teman-teman sekelasnya dengan imbalan yang beraneka macam. Tergantung bagaimana Peter menginginkannya, dan dia benar-benar pandai ”menjual” nilai kepada teman-temannya.
Ketika Peter berumur hampir 18 tahun, Ibunya meninggal. Selama ini Ibu adalah tempat Peter menceritakan berbagai kisah hasil imajinasinya. Setelah ibunya meninggal, ia bingung kepada siapa lagi harus bercerita. Anehnya, meski ia pandai sekali berkata-kata, ia tidak mau menjadi penulis novel.
” Aku tidak akan pernah menulis sebuah novel. Aku tidak mampu berkonsentrasi pada sebuah cerita. Bila aku mulai menganyam sebuah fabel, dengan segera fabel itu akan tersedot ke dalam empat atau delapan fabel lainnya”, Hal. 171
Ia menceritakan kisah-kisahnya kepada banyak gadis yang ia kencani, semuanya tentu dengan cerita yang berbeda. Sampai suatu hari ia membuat Writers aid (aid seperti dalam first aid kit) yang maksudnya pertolongan bagi penulis yang mengalami kebuntuan ide saat menulis. Peter dengan segera menjadi laba-laba yang menenun ceritanya ke banyak penulis. Ia menyuntikkan ide-ide segar yang terus berbeda, memberikan panduan jalan ceirta, dan ia mendapatkan bayaran yang cukup besar dari ide-ide ceritanya tersebut. Di antara kisah-kisah yang diceritakan Peter adalah cerita tentang gadis pemain sirkus bernama Panina Manina, cerita ini hanya ia ceritakan ke orang yang benar-benar ia cintai. Sampai ternyata cerita ini ikut menjadi bagian dari jalan hidupnya sendiri.
Membaca Putri Sirkus dan Lelaki Penjual Dongeng menjadi satu hiburan yang berbonus-bonus menurut saya. Gaarder dengan mudah menyisipkan cerita-cerita di dalam cerita inti buku ini. Hal ini karena kemampuan imajinasi Peter, sang Tokoh utama, yang sedemikian banyaknya. Di antara cerita Peter, tersebutlah cerita tentang pembunuhan rangkap tiga, si kembar di Vietnam, konstanta jiwa, Ras manusia yang tersisa, dan masih banyak lagi.
Seperti biasa, Gaarder menyelipkan filosofi filosofi kehidupan di dalam ceritanya dengan anggun. Saya ambil contoh :
” Miliaran tahun dibutuhkan untuk mengembangkan kesadaran manusia, dan kau ingin menghapusnya? Lalu bagaimana dengan keajaiban dari kehidupan? Itu jauh lebih penting dari apa pun di seluruh semesta.”
Hanya saja saya menemukan kejanggalan di halaman 388, di baris kedua ditulis ” sembilan kali sembilan ubin, karena itulah kebenaran yang paling mendasar,....” di situ tertulis demikian padahal kalimat selanjutnya ” Inti dari eksistensi adalah persegi empat yang terdiri dari empat puluh sembilan ubin hijau dan merah di kamar 15.....”. sebelumnya cerita ini didahului dari enam kali enam ubin, dan setelah bagian ”empat puluh sembilan” ini adalah delapan kali delapan ubin. Jadi.. bukankah yang lebih tepat di baris kedua di halaman 388 tadi yang bertuliskan sembilan kali sembilan ubin itu seharusnya menjadi tujuh kali tujuh ubin? Mungkin editor bisa mengoreksinya lagi, tapi kalau sudah benar ya.. berarti saya yang belum paham maksudnya.
Secara keseluruhan, 4 bintang saya rasa layak disematkan untuk buku ini. :)
Be First to Post Comment !
Posting Komentar